PATRIOT BEKASI - Pasar global dilaporkan berada dalam bahaya menjadi volatilitas, karena kombinasi konflik regional yang terjadi di Timur Tengah dan meningkatnya pengangguran di Amerika Serikat. Hal tersebut disampaikan oleh Stephen Roach, selaku peneliti senior di Paul Tsai China Center di Yale Law School.
Konflik di Timur Tengah meningkat pada hari Selasa, ketika Iran melancarkan serangan rudal balistik ke Israel setelah terbunuhnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan seorang komandan Iran di Lebanon.
Sebagian besar pasar Asia melemah pada hari Rabu, mengikuti penurunan di Wall Street semalam, karena investor khawatir terhadap meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Roach mengatakan, saat ini tidak akan benar-benar diketahui ke mana arah pasar saat ini. Dia menambahkan bahwa konflik di Timur Tengah meningkatkan risiko inflasi pada saat bank sentral global mulai melonggarkan kebijakan moneter.
“Kita kemungkinan akan melihat peningkatan volatilitas yang signifikan dan pergerakan pasar yang berayun maju mundur secara signifikan,” kata Roach.
Dampak pasar minyak
Militer Israel mengatakan pasukannya mulai melancarkan serangan baru terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon sebagai tanggapan atas serangan rudal Iran pada Selasa malam.
Kepala ekonom Santander Stephen Stanley mengatakan kita harus melihat apakah ada dampak jangka panjang terhadap inflasi, dan menambahkan bahwa pasar minyak akan lebih terpengaruh jika ketegangan meningkat.
Iran merupakan produsen terbesar ketiga di antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang memproduksi hampir 4 juta barel minyak per hari, menurut Administrasi Informasi Energi. Harga minyak melonjak lebih dari 5% setelah serangan rudal sebelum turun hingga kenaikan 2%.