Lakon ini tersaji dalam empat babak yang menggambarkan hubungan Chairil dengan empat perempuan yakni Ida, Sri, Mirat, dan Hapsah. Mereka digambarkan sebagai sosok perempuan pada zaman itu.
Ida Nasution adalah mahasiswi, penulis yang hebat, pemikir kritis, dan bisa menyaingi intelektualisme Chairil ketika mereka berdebat.
Sri Ajati, seorang mahasiswi, bergerak di tengah pemuda-pemudi hebat pada zamannya. Ikut main teater, jadi model lukisan, dan gadis ningrat yang tak membeda-bedakan kawan.
Baca Juga: Cek Fakta: Satgas Covid-19 Semprot Disinfektan pada Jemaah Salat Tarawih di Masjid, Simak Faktanya
Sumirat, seorang yang terdidik dan lincah. Tahu benar bagaimana menikmati keadaan, mengagumi keluasan pandangan Chairil, menerima, dan membalas cinta Chairil dengan sama besarnya tapi akhirnya cinta itu kandas.
Akhirnya Chairil disadarkan oleh Hapsah. Perempuan itu menyadarkannya bahwa dia hanya seorang lelaki biasa.
Empat perempuan yang tak sama, empat cerita yang berbeda. Tanpa mengecilkan arti dan peran perempuan lain, tapi lewat cerita empat perempuan ini kita bisa mengenal sosok.
Pementasan ini juga dimeriahkan dengan hadirnya pemain pendukung yaitu Sri Qadariatin sebagai Perempuan Malam dan Indrasitas sebagai Affandi.***