Vaksin Covid-19 Buatan China vs AS Mulai Merambah Banyak Negara, Apa Perbedaannya?

- 9 Januari 2021, 21:50 WIB
Ilustrasi vaksin Covid-19. Berikut perbandingan antara buatan  AS dan China.
Ilustrasi vaksin Covid-19. Berikut perbandingan antara buatan AS dan China. /The New York Times

PR BEKASI - Saat perlombaan global produksi vaksin Covid-19 berlanjut, China membuat langkah besar, dengan salah satu pelopor vaksinnya, Sinovac, yang telah merambah ke luar negeri Inonesia salah satunya.

Kendati demikian, vaksin-vaksin yang digunakan merupakan jenis vaksin yang lolos tahap 3 dengan pengujian efektivitas terbaik.

Dua negara adidaya yang memproduksi vaksin secara besar-besaran yakni AS dengan  Pfizer/BioNTech dan Moderna, sedangkan China yakni Sinovac dan Sinopharm memiliki perbedaan tersendiri.

Baca Juga: Kompak Sindir Donald Trump, Fadli Zon-Fahri Hamzah: Balik Lagi aja Jadi Pedagang

Lantas, apa saja perbedaan dari vaksin buatan AS dengan China?

Virus yang digunakan

Pfizer/BioNTech menggunakan messenger RNA (mRNA) yakni materi genetik yang dibaca sel tubuh untuk membuat protein.

Sementara, vaksin Moderna juga sama-sama memakai teknologi terbaru berbasis versi sintetis molekul virus SARS-CoV-2 yang disebut mRNA.

Untuk vaksin Sinovac menggunakan teknologi inactivated virus atau virus yang tidak aktif lagi, di mana teknologi ini memungkinkan virus tidak aktif lagi.

Diketahui, vaksin Sinopharm memiliki tingkat keefektifan lebih rendah atau sektar 79,34 persen jika dibandingkan dengan vaksin lainnya.

Baca Juga: Ifan Seventeen Berharap Temannya Selamat dari Peristiwa Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air

Temperatur penyimpanan

Terkait temperatur penyimpanan, vaksin Pfizer/BioNTech menyediakan wadah khusus dengan es kering, sensor termal, dan pelacak GPS untuk memastikan vaksin dapat diangkut pada suhu -70 derajat celsius agar tetap layak digunakan.

Untuk vaksin Moderna membutuhkan suhu penyimpanan seitar -20 derajat celsius, suhu yang mirip dengan freezer biasa untuk dapat didistribusikan.

Sedangkan untuk vaksin Sinovac hanya membutuhkan penyimpanan dalam lemari es dengan standar suhu 2-8 derajat celsius dan dapat bertahan hingga 3 tahun lamanya.

Dibandingkan dengan vaksin lainnya, vaksin Sinopharm tidak memerlukan suhu beku untuk penyimpanan. Jadi, transportasi dan distribusi vaksin ini menjadi lebih mudah, terutama di negara berkembang yang tidak memiliki kapasitas penyimpanan dingin.

Baca Juga: Jadi Tempat Hilangnya Pesawat Sriwijaya Air, Berikut Profil Pulau Laki di Kepulauan Seribu

Cara kerja vaksin

Vaksin Pfizer/BioNTech ketika disuntikan pada sel yang divaksinasi, maka protein akan diambil oleh sejenis sel kekebalan dan nantinya sel ini membantu melawan infeksi.

Kemudian, para ahli memaparkan bahwa vaksin Moderna memberi manfaat yang lebih besar daripada risikonya bagi mereka yang berusia 18 tahun ke atas.

Vaksin ini juga memiliki tingkat keefektifan sebesar 94 persen.

Sementara, vaksin Sinovac bekerja dengan cara memicu respons kekebalan tubuh dengan cepat.

Namun, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini di dalam tubuh tidak lebih banyak dari antibodi yang berhasil terbentuk pada orang yang telah putih dari Covid-19.

Sama seperti Sinovac, Sinopharm menggunakan virus yang tidak aktif, dan kemudian dibuat menjadi vaksin.

Baca Juga: Donald Trump 'Lumpuh' Usai Twitternya Diblokir Secara Permanen, Ulil Abshar: Kebijakan yang Tepat

Harga vaksin per dosis

Untuk vaksin Pfizer/BioNTech disebut dibanderol dengan harga Rp283.000 per dosis.

Vaksin Moderna mengumumkan harga yang dibanderol sekitar Rp526.000 per dosisnya.

Di China, vaksin Sinovac dipasarkan dengan harga sekitar Rp421.000 per dosis.

Vaksin Sinopharm disebutkan menelan biaya sekitar Rp 2.038.765 untuk dua dosis vaksin. Namun, tidak dijelaskan apakah perusahaan farmasi ini mengacu pada harga eceran atau grosir.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x