Waspada Polifarmasi pada Pasien Lansia, Ini Penjelasan Zubairi Djoerban

- 25 November 2021, 21:48 WIB
Zubairi Djoerban menjelaskan bahaya dari polifarmasi atau pemberian banyak obat kepada pasien lansia.
Zubairi Djoerban menjelaskan bahaya dari polifarmasi atau pemberian banyak obat kepada pasien lansia. /Pixabay

PR BEKASI – Waspada pemberian banyak obat atau polifarmasi pada lansia.

Belum lama ini, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban membahas soal polifarmasi.

Hal ini bermula lantaran Zubairi Djoerban mengaku didatangi oleh pasien lansia.

Baca Juga: Minuman Kaleng dan Plastik Sebaiknya Dicuci Sebelum Dikonsumsi, Zubairi Djoerban Peringatkan Penyakit Ini

Pasien lansia itu mengaku mendapatkan 19 obat yang diresepkan oleh dokter.

Berangkat dari hal tersebut, Zubairi Djoerban tergerak untuk memberikan edukasi seputar polifarmasi.

Menurut Zubairi Djoerban polifarmasi atau pemberian banyak obat terhadap pasien lansia bisa berbahaya.

Baca Juga: Cara Menghilangkan Mata Ikan di Kaki, Zubairi Djoerban Beri Tips Cukup Oleskan Salep Berbahan Ini

Adapun bahaya yang dimaksud Zubairi Djoerban adanya kemungkinan reaksi obat yang bisa merugikan pasien lansia tersebut.

Ini berbahaya, terutama pada orangtua, karena akan meningkatkan potensi risiko reaksi obat yang merugikan bagi si pasien,” kata Zubairi Djoerban dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Twiter @ProfesorZubairi pada Kamis, 25 November 2021.

Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa pasien lansia memang hampir selalu disertai sejumlah penyakit.

Baca Juga: Zubairi Djoerban Dukung Tes PCR untuk Penumpang Pesawat, Netizen: Dapat Komisi Berapa?

Penyakit-penyakit tersebut misalnya jantung koroner, gangguan ginjal, darah tinggi atau diabetes.

Zubairi Djoerban menuturkan bahwa penyakit-penyakit tersebut harus dikontrol.

Salah satu cara mengontrolnya dengan selektif memberikan obat pada pasien lansia.

Baca Juga: Rachel Vennya Diduga Kabur dari Karantina Kesehatan, Zubairi Djoerban: Itu Berisiko Bagi Masyarakat

Belum lagi kalau dia ODHA. Penyakit-penyakit ini harus dikontrol,” ujar Zubairi Djoerban.

“Oleh sebab itu dokter harus bisa memilah obat mana yang harus diberikan,” tuturnya melanjutkan.

Sebagai bayangan bagaimana jika satu pasien lansia ditangani oleh empat dokter atau lebih.

Baca Juga: Hospital Playlist Tuai Pujian Dokter Indonesia, Zubairi Djoerban: Sinetron Harus Belajar dari Drakor

Berapa banyak obat yang mungkin dikonsumsi pasien lansia tersebut.

Zubairi Djoerban mengaku melakukan kontrol terhadap pasien lansia dengan 19 bat itu.

Dia mulai ada gangguan ginjal,” ujar Zubairi Djoerban.

Baca Juga: Zubairi Djoerban Meradang Lihat Masker Medis Bekas Berserakan di Tempat Umum

Maka dari itu kontrol terhadap pemberian obat harus ketat.

Zubairi Djoerban meminta para dokter untuk menghindari polifarmasi atau pemberian obat berlebih.

Prinsipnya jangan sampai beban pengobatan melebihi manfaat pengobatan itu sendiri," ujar Zubairi Djoerban.

Baca Juga: Zubairi Djoerban Buka Suara Soal Pengusiran Tim Vaksinasi Covid-19 di Aceh

Artinya meresepkan obat itu haruslah efektif,” tuturnya.

Zubairi Djoerban menyampaikan bahwa tidak harus menambah obat.

Lanjutnya, tapi lebih diarahkan untuk mengurangi atau menghentikan ketika status pasien berubah, menjadi lebih baik atau lebih buruk.

Demikian bahaya polifarmasi atau pemberian obat berlebih yang bisa menimpa pasien lansia.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Twitter @ProfesorZubairi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x