Cemas Berlebih Akibat Terima Informasi Virus Corona, Dokter Psikosomatik Berikan Saran

- 21 Juni 2020, 20:19 WIB
ILUSTRASI rasa cemas.*
ILUSTRASI rasa cemas.* /Pexels

PR BEKASI – Di tengah pemberitaan kasus terkonfirmasi positif virus corona, tak jarang masyarakat merasa khawatir bahkan sempat merasakan adanya gejala-gejala yang mirip sehingga timbul pemikiran bahwa dirinya kemungkinan terpapar virus berbahaya tersebut.

Namun gejala-gejala tersebut bisa merupakan gejala palsu atau kerap disebut psikosomatik yang diakibatkan oleh kecemasan berlebih yang membuat seseorang merasa stres.

Dokter Rudi Putranto dalam konferensi pers hari ini di Graha BNPB mengatakan gejala mirip virus corona yang timbul akibat kecemasan berlebih bisa hilang dengan sendirinya jika orang yang bersangkutan merelaksasi tubuh dan pikirannya.

Baca Juga: Cek Fakta: Megawati Dikabarkan Menyebut PDIP Tak Lagi Butuh Suara Umat Islam

“Kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut akan hilang,” tutur Rudi dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari kanal YouTube BNPB Indonesia.

Dokter yang berasal dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) itu menjelaskan bahwa gejala psikosomatis merupakan perubahan psikologis yang dapat memengaruhi kondisi fisik jika tubuh tak mampu beradaptasi dengan baik.

Gangguan psikosomatik tersebut bisa terjadi baik kepada orang sehat kemudian merasa dirinya sakit atau orang yang sedang mengalami sakit ringan bahkan penderita hipertensi dan diabetes juga bisa turut merasakannya.

Baca Juga: Cek Fakta: Anies Baswedan Disebut Akan Menjual Gedung Pemerintah Saat Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota

“Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada. Bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol. Yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol,” tutur Rudi.

Gangguan psikosomatik bisa terjadi saat seseorang terlalu banyak menerima informasi yang bersifat negatif hingga merasa cemas secara berlebihan terlebih otak manusia lebih mudah menerima hal-hal negatif dibandingkan hal-hal positif.

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: BNPB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x