Temukan Bukti Baru, AS Sebut China Tega Lakukan Tindakan Genosida pada Muslim Uighur

- 15 Januari 2021, 19:39 WIB
Muslim Uighur di Tiongkok.
Muslim Uighur di Tiongkok. /Dancingturtles.org

PR BEKASI – Komisi bipartisan Kongres Amerika Serikat (AS) mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa China mungkin telah melakukan tindakan genosida dalam perlakuannya terhadap Uighur dan Muslim minoritas lainnya di wilayah Xinjiang.
 
Komisi Eksekutif Kongres untuk China (CECC) mengatakan pada Kamis, 14 Januari 2021 bahwa bukti baru telah muncul dalam setahun terakhir bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan dan mungkin genosida sedang terjadi di Xinjiang.
 
CECC juga telah menuduh bahwa Pemerintah China telah melakukan pelecehan kepada warga etnis Uighur di AS.

Baca Juga: Masa Evakuasi Sriwijaya Air SJ 182 Berakhir Hari Ini, Begini Rencana Basarnas ke Depan

China telah diprotes secara luas karena mendirikan kompleks di Xinjiang yang digambarkannya sebagai "pusat pelatihan kejuruan" untuk membasmi "ekstremisme" dan memberi etnis Uighur dan minoritas Muslim lain keterampilan baru, tetapi yang lain menyebutnya kamp konsentrasi.
 
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya telah ditahan di Xinjiang.
 
Para pemimpin agama, kelompok aktivis, dan lainnya mengatakan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk genosida, sedang terjadi di sana meskipun Beijing telah membantah tuduhan tersebut.
 
Ketua CECC dari Perwakilan Partai Demokrat Jim McGovern, menyebut tindakan China untuk menghancurkan Hak Asasi Manusia (HAM) pada tahun lalu merupakan tindakan yang mengejutkan dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Minta Mbak You Segera Diproses Hukum, Muannas Alaidid: Gawat! Bahaya Banget Kalau Gak Diproses 

Dirinya mendesak Kongres dan pemerintahan Joe Biden yang akan datang, untuk meminta pertanggungjawaban dari Beijing.
 
"Amerika Serikat harus terus mendukung rakyat China dalam perjuangan mereka dan memimpin dunia dalam satu tanggapan yang bersatu dan terkoordinasi terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah China," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera.
 
Hubungan antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut telah jatuh ke level terendah dalam beberapa tahun terakhir karena ketidaksepakatan tentang berbagai masalah seperti pelanggaran HAM, Covid-19, protes Hong Kong, dan masih banyak lagi.
 
Para ahli mengatakan bila China terbukti melakukan tindakan genosida maka akan sangat memalukan bagi negara ekonomi terbesar kedua di dunia dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB tersebut.

Baca Juga: Akui Berat Saat Harus Berpisah dari Kiwil, Eva Belisima: Dia Membawa Warna Baru Dalam Hidup Saya

Hal tersebut juga bisa menimbulkan masalah bagi Joe Biden dengan memperumit hubungannya dengan Beijing meskipun kampanyenya telah menyatakan, sebelum pemilihan November 2020, bahwa genosida sedang terjadi di Xinjiang.
 
Pada bulan Oktober, penasihat keamanan nasional Donald Trump, Robert O'Brien, mengatakan Beijing sedang melakukan tindakan genosida di Xinjiang dan pejabat lain merujuk ke kamp konsentrasi di sana.
 
Di bawah hukum internasional, pelanggaran HAM didefinisikan sebagai kejahatan yang meluas dan sistematis, sedangkan tindakan genosida yang bermaksud untuk menghancurkan sebagian populasi bisa lebih sulit dibuktikan.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x