Baru Menjabat Lagi, Presiden Chad Deby Idriss Tewas saat Perang Lawan Pemberontak

- 21 April 2021, 11:41 WIB
Presiden Chad Idriss Deby, yang memerintah negaranya selama lebih dari 30 tahun dan merupakan sekutu penting Barat dalam perang melawan militan Islam di Afrika, terbunuh di garis depan melawan pemberontak di utara pada Selasa, 20 April 2021.
Presiden Chad Idriss Deby, yang memerintah negaranya selama lebih dari 30 tahun dan merupakan sekutu penting Barat dalam perang melawan militan Islam di Afrika, terbunuh di garis depan melawan pemberontak di utara pada Selasa, 20 April 2021. /REUTERS/Regis Duvignau/Pool

PR BEKASI – Presiden Negara Chad, Idriss Deby meninggal setelah mengunjung pasukan di garis depan medan tempur.

Diketahui, Idriss Deby mendatangi pasukan saat tengah berhadapan dengan pemberontak utara.

Pasalnya, saat ini tentara negaranya dan pemberontak di negara kawasan Afrika itu tengah berseteru.

Baca Juga: Refly Harun: Kalau Ada Sosok di Pemerintahan yang Suka Tokoh-tokoh PKI, Ya Begitulah

Hal itu diungkap Juru Bicara Militer, Jenderal Azem Bermandoa Agouna dalam pernyataan yang dibacakan di televisi nasional Chad pada Selasa, 20 April 2021 waktu setempat.

“Deby baru saja menghembuskan nafas terakhir membela bangsa yang berdaulat di medan perang,” kata Agouna seperti dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera pada Rabu, 21 April 2021.

Pengumuman kematian Deby diketahui sehari setelah Deby dinyatakan sebagai pemenang dari pemilu Presiden tetapi ia belum sempat menyampaikan pidato kemenangan.

Baca Juga: Sebut Jozeph Paul Zhang Preman Berjubah Pendeta, Gilbert Lumoindong: Bertobatlah, Lepaskan Diri dari Arogansi

Kemenangan di tahun ini adalah kemenangannya yang ke enam kali, membuatnya dijuluki sebagai Presiden terlama di Chad.

Keadaan pasti kematian Deby tidak begitu jelas tetapi Militer mengatakan bahwa Deby telah memimpin tentara pada akhir pekan untuk memerangi pemberontak yang melancarkan serangan besar-besaran ke bagian utara negara Chad pada Hari Pemilihan 11 April 2021 berlangsung.

Agouna juga mengatakan putra mendiang presiden yang berusia 37 tahun, Jenderal Mahamat Idriss Deby bintang empat, akan menggantikannya.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 21 April 2021: Mama Rosa curigadengan Makam Roy, Kebohongan Aldebaran Terbongkar?

Jam malam telah diberlakukan dan perbatasan negara telah ditutup setelah kematian presiden.

Para ahli mengatakan bahwa di bawah hukum Chad, ketua parlemen seharusnya mengambil alih kekuasaan setelah kematian Deby dan bukan putranya.

"Apa yang dikatakan konstitusi adalah dengan tidak adanya presiden atau jika dia meninggal, maka ketua parlemen bertanggung jawab atas negara selama 40 hari dan transisi diberlakukan sampai pemilihan diadakan," kata Al Jazeera’s Hiba Hiba Morgan.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 21 April 2021: Elsa Depresi Usai Bermalan dengan Ricky, Akankah Nino Bertindak?

"[Tetapi] militer mengumumkan bahwa dewan legislatif telah dibubarkan begitu juga dengan konstitusi, jadi yang mereka lakukan adalah mengganti konstitusi dengan perangkat aturan mereka sendiri," sambungnya.

Sementara itu, pihak berwenang mengatakan pemakaman kenegaraan akan diadakan pada hari Jumat.

Kepala negara dan pemerintahan "negara sahabat" akan menghadiri upacara di N'Djamena, sebelum Deby dimakamkan di wilayah asalnya di timur jauh negara itu.

Baca Juga: Tinggal Menghitung Hari, Tersangka Jozeph Paul Zhang Bakal Pulang ke Indonesia

Pengumuman mengejutkan itu datang sehari setelah Deby, yang berkuasa setelah pemberontakan pada tahun 1990, memenangkan masa jabatan keenam. Hasil sementara yang dirilis pada hari Senin menunjukkan Deby telah mengambil 79,3 persen suara.

Presiden menunda pidato kemenangannya kepada para pendukung dan malah pergi mengunjungi tentara Chad yang memerangi pemberontak, menurut tim kemenangan.

Baca Juga: Siap-siap Mati Lampu! Ini Jadwal Pemadaman Listrik di Kota dan Kabupaten Bekasi Hari Ini 21 April 2021

Kelompok pemberontak Front for Change and Concord in Chad (FACT), yang berbasis di perbatasan utara dengan Libya, menyerang sebuah pos perbatasan di provinsi Tibesti dan Kanem, Chad, pada hari pemilihan dan kemudian maju ratusan kilometer ke selatan.
Namun, pasukan itu mengalami kemunduran selama akhir pekan.

Agouna mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa pasukan militer membunuh lebih dari 300 pejuang dan menangkap 150 pada hari Sabtu di provinsi Kanem, sekitar 300 km dari N'Djamena. Lima tentara pemerintah tewas dan 36 luka-luka.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x