Mengenal Nakba Day, 15 Mei: Bagi Rakyat Palestina Tak Hanya Sejarah Atas Pendudukan Israel

- 15 Mei 2021, 12:54 WIB
Nakba Day bagi warga Palestina tidak hanya sekadar hari bersejarah atas pendudukan Israel yang membawa petaka bagi mereka.
Nakba Day bagi warga Palestina tidak hanya sekadar hari bersejarah atas pendudukan Israel yang membawa petaka bagi mereka. /Pixabay/hosny_salah

PR BEKASI - 15 Mei 1948 merupakan tanggal yang menandai petaka bagi warga Palestina.

Pasalnya, 15 Mei yang ditorehkan dengan penghujatan bagi generasi Palestina yang mengenalnya sebagai Nakba Day.

Nakba Day, disebut juga 'malapetaka', adalah hari setelah deklarasi negara Israel di Palestina.

Pada Minggu ini, warga Palestina menandai ulang tahun ke-73 Nakba Day, sejak Yishuv, komunitas Yahudi pra-negara di Palestina, berubah menjadi Israel.

Baca Juga: Nakba Day Jatuh pada Hari Ini 15 Mei, Hari Tersuram Bagi Palestina usai Pembentukan Israel

Setelah mantan sponsor kolonial Inggris meninggalkan Palestina, yang telah diserang dan diduduki selama Perang Dunia I.

Bagi warga Palestina, Nakba tidak hanya mewakili peristiwa sejarah tetapi proses berkelanjutan yang dimulai pada tahun 1880-an.

Ketika para pemukim Zionis Eropa mulai pindah ke Palestina untuk meletakkan dasar bagi negara masa depan mereka.

Baca Juga: Jalur Gaza Luluh Lantak, Pemimpin Israel Bersumpah Serangan ke Palestina Belum Selesai

Sementara proyek Zionis memenuhi mimpinya untuk menciptakan tanah air di Palestina pada tahun 1948, setelah mengalahkan lima tentara Arab yang kekurangan perlengkapan dan jumlahnya.

Tempat pengungsian Palestina tidak pernah berhenti.

Antara 1947 dan 1949, sekitar 750.000 warga Palestina dari populasi 1,9 juta diusir dari kota dan desa mereka untuk memberi jalan bagi para imigran Yahudi baru.

Sebagian besar orang Palestina ini melarikan diri ke negara tetangga, di mana mereka menetap sebagai pengungsi.

Baca Juga: Biadab! Warga Yahudi Keroyok Pria Arab, Aksinya Disiarkan Langsung di Stasiun TV Israel

Hanya 150.000 warga Palestina yang tersisa di Israel, yang didirikan di 78 persen dari total daratan Palestina.

Sisa 22 persen bagian timur Palestina kemudian dianeksasi oleh Yordania dan berganti nama menjadi Tepi Barat, dan penduduknya menjadi warga negara Yordania.

Pada bulan Juni 1967, Tepi Barat diduduki oleh Israel bersama dengan Jalur Gaza, yang selama ini berada di bawah kendali militer Mesir.

Baca Juga: Pemimpin Israel Sebar Hoaks soal Serangan Palestina, Pengamat: Membingungkan, Campuran Klaim Palsu dan Asli

Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, sekitar lima juta warga Palestina tinggal di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang diblokade, dan 1,5 juta di Israel.

Sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, enam juta lebih hidup dalam diaspora di negara tetangga dan di seluruh dunia.

Namun, banyak orang Palestina berpendapat bahwa kemenangan Zionis belumlah lengkap.

Baca Juga: Taufik Damas soal Pengaruh Suara Indonesia di Konflik Palestina-Israel, Netizen: Maksimal Bilang 'Mengecam'

Sarjana Palestina Joseph Massad berpendapat bahwa orang Palestina dapat memperoleh kembali tanah air mereka dengan melawan upaya Zionis.

Yang bertujuan untuk menghapus Palestina dari sejarah dan membuat mereka menerima kekalahan.

Massad, seorang profesor politik dan sejarah Arab modern di Universitas Kolombia di New York, menulis dalam 'Menolak Nakba' bahwa orang Palestina telah berhasil menggagalkan proyek Zionis.



Dari pengusiran total mereka dengan menolak narasi Zionis bahwa Nakba adalah sesuatu dari masa lalu.

“Dalam melawan Nakba, orang-orang Palestina telah menyentuh inti proyek Zionis yang menegaskan bahwa Nakba dilihat sebagai peristiwa masa lalu," katanya.

"Dalam melawan Israel, Palestina telah memaksa dunia untuk menyaksikan Nakba sebagai tindakan saat ini; yang bertentangan dengan kebijaksanaan Zionis, memang bisa dibalik," sambung Massad.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x