Khawatirkan Perdana Menteri Baru Israel, Otoritas Palestina: Kebijakan Naftali Bennett Akan Lebih Buruk

- 15 Juni 2021, 07:40 WIB
Otoritas Palestina menyebut kebijakan Perdana Menteri Israel Baru, Naftali Bennett m terhadap Palestina akan lebih buruk dibanding zaman kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
Otoritas Palestina menyebut kebijakan Perdana Menteri Israel Baru, Naftali Bennett m terhadap Palestina akan lebih buruk dibanding zaman kepemimpinan Benjamin Netanyahu. /REUTERS

PR BEKASI - Otoritas Palestina dan kelompok Hamas mengeluarkan tanggapan terhadap terbentuknya koalisi pemerintahan baru Israel yang sukses menggulingkan Benjamin Netanyahu setelah 12 tahun berkuasa
 
Kementerian Luar Negeri Otoritas Palestina mengatakan pihaknya memperkirakan tak akan ada perubahan berarti dalam kebijakan Israel terhadap Palestina di bawah koalisi delapan partai Perdana Menteri Naftali Bennett yang rapuh.
 
“Sebuah pemerintahan baru dibentuk di Israel. Namun, tidak tepat untuk menyebutnya sebagai pemerintah perubahan, kecuali jika ada yang mengatakan bahwa Benjamin Netanyahu tidak lagi ada di sana,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Time of Israel.

Baca Juga: Jajak Pendapat: 43 Persen Warga Israel Percaya PM Naftali Bennett Akan Gagal  

Bahkan, Otoritas Palestina memperkirakan bahwa kebijakan Naftali Bennett terhadap Palestina akan lebih buruk dibanding zaman kepemimpinan Benjamin Netanyahu.
 
“Mengenai kebijakan (pemerintah baru), kami memperkirakan bahwa kami tidak akan melihat perbedaan atau bahkan mungkin lebih buruk,” katanya.
 
Pada Senin, 14 Juni 2021, Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan turunnya Benjamin Netanyahu menutup bab pada salah satu periode terburuk dari konflik Israel-Palestina.

Baca Juga: Siapakah Naftali Bennet? PM Baru Israel yang Menentang Keras Kemerdekaan Palestina

Tetapi, Mohammed Shtayyeh juga mengatakan dia tidak berada di bawah ilusi tentang pemerintah baru atau kemungkinannya untuk memajukan perjanjian damai dengan Palestina.
 
Di Jalur Gaza, Hamas mengatakan akan terus berperang melawan pemerintah Israel dalam bentuk apa pun.
 
“Bahwa setiap pemerintah Israel adalah entitas penjajah pemukim yang harus dilawan dengan segala bentuk perlawanan, terutama perlawanan bersenjata,” kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum.
 
Dirinya menambahkan bahwa perilaku pemerintah Naftali Bennet di lapangan akan menentukan cara dan sifat menanganinya di lapangan.

Baca Juga: Naftali Bennett Lengserkan Benjamin Netanyahu, Modi Berharap India-Israel Bisa Lebih Lengket

Israel dan Hamas berperang 11 hari bulan lalu, yang dijuluki Operasi Penjaga Tembok, dengan dimulai pada 10 Mei 2021.
 
Pertempuran tersebut dimulai setelah Hamas menembakkan rentetan roket ke Yerusalem sebagai tanggapan atas bentrokan antara pasukan keamanan Israel dan warga Palestina di Yerusalem Timur.
 
Benjamin Netanyahu telah lama memiliki hubungan tak harmonis dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, dengan pembicaraan damai secara efektif terhenti selama dekade terakhir.
 
Dirinya dianggap bersekutu erat dengan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dilihat orang Palestina sebagai pendukung berat negara Zionis tersebut.

Baca Juga: Bentuk Protes Umat Muslim, Produk Israel di UEA Ditempeli Stiker Bertuliskan 'Dibuat dengan Darah Palestina'

Tapi, Naftali Bennett yang merupakan mantan ketua dewan pemukim Yesha, tidak dipandang sebagai wajah yang ramah oleh orang-orang Palestina.
 
Naftali Bennett telah lama bersumpah untuk mencegah pembentukan negara Palestina dan telah menggunakan bahasa yang menghasut di masa lalu ketika berbicara tentang Palestina dan Arab Israel.
 
Dirinya pernah berkata bahwa dia telah membunuh banyak orang Arab selama hidupnya dan tidak ada yang salah dengan itu meskipun penasihat utama baru-baru ini menyarankan bahwa dia telah berkembang melampaui retorika yang membara.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Times of Israel


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x