Vaksinasi Rutin Tertunda, PBB Sebut Polio hingga Campak Intai Anak Selama Pandemi

- 15 Juli 2021, 16:47 WIB
PBB mengatakan bahwa penyakit anak meningkat karena Covid-19 memperlambat vaksinasi rutin.
PBB mengatakan bahwa penyakit anak meningkat karena Covid-19 memperlambat vaksinasi rutin. /REUTERS/Nusaibah Almuaalemi

PR BEKASI - Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengatakan bahwa hampir 23 juta anak melewatkan vaksinasi rutin tahun lalu karena adanya pandemi Covid-19.

Angka tersebut merupakan jumlah tertinggi dalam lebih dari satu dekade, yang memicu wabah campak, polio, dan penyakit lain yang seharusnya dapat dicegah.

Campak merupakan salah satu penyakit paling menular di dunia yang dapat berakibat fatal bagi anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama di negara-negara Afrika dan Asia dengan sistem kesehatan yang lemah, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: PBB Soroti Lonjakan Kelaparan dan Kekurangan Gizi di Dunia: Sebagian Besar Karena Pandemi Covid-19

Selain itu, polio juga dapat melumpuhkan anak seumur hidup.

WHO dan UNICEF dalam laporan tahunan juga mengatakan bahwa kesenjangan dalam cakupan vaksinasi global telah menciptakan 'badai sempurna' yang membuat lebih banyak anak rentan terhadap patogen menular, apalagi ketika banyak negara yang melonggarkan pembatasan Covid-19.

India dan Nigeria merupakan dua negara dari sepuluh negara dengan jumlah paling banyak anak yang tidak divaksinasi.

Baca Juga: Pria Ini Ngaku Raja Kerajaan Sunda dan Hancurkan Motor di Bekasi: Negara Ini Sedang Diawasi PBB

Sebesar 22,7 juta anak yang tidak divaksinasi atau kurang di vaksinasi difteri, tetanus, dan pertusis (DTP) pada tahun 2020.

Dari angkat tersebut, 3,7 juta lebih banyak dari pada tahun 2019 dan merupakan angka terbesar sejak tahun 2009.

Menurut laporan tersebut, wabah campak yang 'besar dan mengganggu' juga dialami oleh Afghanistan, Mali, Somalia, dan Yaman.

Baca Juga: PBB Desak Segera Bongkar Rasisme Sistemik di Sejumlah Negara

"Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kemunduran besar pada vaksinasi anak, membawa kita kembali lebih dari satu dekade,"  kata Kate O'Brien, direktur imunisasi WHO dalam konferensi pers yang dilansir dari CNA oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Kamis, 15 Juli 2021.

Kepala imunisasi UNICEF Ephrem Lemango mengatakan bahwa ada 'peningkatan yang mengkhawatirkan' pada anak-anak 'dosis nol' atau yang tidak mendapatkan vaksinasi apa pun, yang meningkat menjadi 17,1 juta tahun lalu dari 13,6 juta pada tahun sebelumnya.

Selain itu, kebanyakan dari mereka tinggal di negara yang dilanda perang atau daerah kumuh.

Baca Juga: Antonio Guterres Terpilih Kembali Jadi Sekjen PBB, Minta Bahas Soal Krisis Myanmar

Menurut laporan tersebut, enam puluh enam negara menunda setidaknya satu kampanye imunisasi terhadap penyakit yang dapat dicegah, meskipun beberapa termasuk Meksiko telah memulai program mengejar.

"Pada tahun 2021, kita memiliki potensi badai sempurna yang akan terjadi dan kita tidak ingin badai yang sempurna itu membunyikan bel alarm. Kita membunyikannya sekarang," kata Kate O'Brien.

Baca Juga: Genjot Elektabilitas untuk Pemilu 2024, PBB Rekrut Aldi Taher: Tidak Kami Beri Uang!

"WHO telah mendesak negara-negara untuk tidak mencabut langkah-langkah kesehatan masyarakat dan jarak sosial sebelum waktunya, ketika mereka mulai muncul dari pandemi," katanya lagi.

"Tetapi jika itu terjadi, dan seperti yang terjadi, kita akan melihat semakin banyak penularan patogen yang sebenarnya merupakan patogen yang dapat dicegah dengan vaksin," tutupnya.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: CNA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x