Kasus Covid-19 di Brunei Darussalam Terendah se-Asia Tenggara, Ternyata Ini Rahasianya

- 20 Juli 2021, 13:12 WIB
Sultan Hassanal Bolkiah menjadi sorotan usai Brunei Darussalam mencatat jumlah kasus Covid-19 terendah di Asia Tenggara.
Sultan Hassanal Bolkiah menjadi sorotan usai Brunei Darussalam mencatat jumlah kasus Covid-19 terendah di Asia Tenggara. /REUTERS/Ahim Rani

PR BEKASI - Berbeda dengan negara-negara lain di Asia Tenggara yang sedang kewalahan menghadapi pandemi Covid-19, Brunei Darussalam menjadi negara di Asia Tenggara yang tampaknya berhasil menekan penyebaran Covid-19.

Hingga Senin, 19 Juli 2021 Brunei hanya mengalami 291 kasus nasional. Delapan kasus baru Covid-19 terkonfirmasi sebagai kasus impor.

Semua kasus impor baru tiba di negara itu dari  Jakarta pada Senin, 4 Juli 2021. Setelah diselidiki tidak ada kontak dekat yang ditemukan untuk semua kasus, kata Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam sebuah pernyataan pada Minggu.

Baca Juga: Brunei 'Terbebas' dari Covid-19, Adelia Pasha Ajak Masyarakat Banyak Baca Alquran: Ya Allah Mau Kayak Gitu

Kasus ke 284 adalah seorang wanita Indonesia berusia 38 tahun yang mengalami demam dan kehilangan nafsu makan pada 16 Juli. Kasus 285 adalah seorang wanita Indonesia berusia 40 tahun yang tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Kasus 286 adalah seorang pria Indonesia berusia 46 tahun; Kasus 287 adalah seorang wanita Indonesia berusia 29 tahun; dan Kasus 288 adalah seorang wanita Indonesia berusia 36 tahun. Semuanya tidak menunjukkan gejala apapun.

Kasus 289 adalah seorang wanita Indonesia berusia 37 tahun yang mengalami demam sejak 16 Juli. Kasus 290 adalah seorang wanita Indonesia berusia 21 tahun; dan Kasus 291 adalah seorang pria Indonesia berusia 22 tahun. Keduanya tidak memiliki tanda-tanda infeksi.

Baca Juga: Kabar Duka, Pangeran Brunei Darussalam Meninggal Dunia, Warga Diminta Pasang Bendera Setengah Tiang

Lantas bagaimana bisa Brunei Darussalam menekan Penyebaran Covid-19 di negaranya?

Mengutip East Asia Forum, seorang peneliti bernama Nadia Azierah Hamdan dan William Case dari University of Nottingham Malaysia menyampaikan analisisnya.

Dalam artikel berjudul "Behind Brunei's COVID-19 Success Story" mereka menyebut strategi negeri Sultan Hassanal Bolkiah dalam memerangi pandemi.

Baca Juga: Media Asing Soroti WNI Berbondong-bondong ke AS Demi Vaksin Covid-19

Pemerintahan Brunei dengan cepat menyusun rencana de-eskalasi empat tahap, yang diperkuat dengan alokasi anggaran khusus sebesar BND15 juta untuk memenuhi wabah virus dan keadaan darurat.

Pada akhir Januari, Brunei juga menunjukkan keberanian kebijakan dengan melarang pelancong masuk dari provinsi Hubei, mempertaruhkan kemarahan China.

Pada 1 Februari, para pejabat mulai menyaring kedatangan dari semua negara, melakukan pemeriksaan suhu di titik masuk.

Baca Juga: Tak Hanya Covid-19, Vaksin Pfizer-BioNTech Ternyata Efektif untuk Kanker

Selanjutnya Kementerian Kesehatan Brunei dengan cepat mengadopsi peraturan Organisasi Kesehatan Dunia, termasuk jarak sosial dan isolasi diri, serta pelacakan kontak melalui aplikasi Bruhealth Kesultanan yang diikuti oleh sekitar 90 persen warga.

Tempat-tempat ibadat dan memang semua tempat pertemuan ditutup, membangkitkan tekad yang sangat teokratis dengan para pejabat yang menangani pandemi.

Baca Juga: Israel Produksi Obat Semprot Covid-19, Dinilai Ampuh Lawan Varian Alpha dan Gamma

Melalui strategi kementerian utama berkolaborasi dengan berbagai perusahaan konstruksi dan teknik untuk membangun fasilitas virologi baru dalam waktu dua minggu.

Jumlah BND11 juta, diambil sebagian dari 'Dana Bantuan COVID-19', juga dihabiskan untuk menyelesaikan perpanjangan ke Pusat Isolasi Nasional dalam tiga minggu, menggandakan kapasitas tempat tidur rumah sakit Kesultanan.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: The Star East Asia Forum


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x