China diketahui secara historis telah mengandalkan bendungan, tanggul, dan waduk untuk mengontrol aliran air.
Sekitar 30 miliar meter kubik air banjir dicegat tahun lalu oleh bendungan dan waduk di sungai terpanjang di Asia, Yangtze yang terbukti telah mengurangi banjir di daerah hilir termasuk Shanghai.
Tetapi skema pengelolaan air yang luas di negara itu tidak mampu menahan semua banjir sementara ada pertanyaan tentang ketahanan bendungan yang dibangun beberapa dekade lalu.
Pada Selasa malam, tentara China telah memperingatkan sebuah bendungan yang rusak di provinsi Henan bisa runtuh kapan saja setelah hujan deras.
Untuk menghindari masalah yang lebih serius, tentara China terpaksa meledakkan sebuah lubang di bendungan untuk melepaskan air dan berlomba untuk memperkuat tanggul lain dengan karung pasir di seluruh provinsi.
Baca Juga: Dihantam Badai Kuat, Bendungan Raksasa di China Bisa Runtuh Kapan Saja
Beban bendungan China kemungkinan akan bertambah karena perubahan iklim membuat peristiwa cuaca ekstrem lebih sering terjadi.
“Saat atmosfer Bumi menjadi lebih hangat, ia menahan lebih banyak uap air, membuat hujan lebih deras,” kata Benjamin Horton, direktur Observatorium Bumi Singapura.
Li Shuo, seorang analis iklim untuk Greenpeace Asia Timur, mengatakan bahwa banjir tersebut merupakan sebuah alarm peringatan untuk pemerintah China bahwa mereka harus segera mencegah perubahan iklim yang lebih parah lagi.