Indonesia Rajai Daftar Negara dengan Video Penyiksaan Hewan Terbanyak, Mayoritas Pembuatnya dari Kaum Pesohor

- 31 Agustus 2021, 15:03 WIB
Indonesia berada di urutan negara dengan video penyiksaan hewan di internet paling banyak sepanjang 2021 yang mayoritas pembuatnya mempunyai status selebriti.
Indonesia berada di urutan negara dengan video penyiksaan hewan di internet paling banyak sepanjang 2021 yang mayoritas pembuatnya mempunyai status selebriti. /REUTERS

PR BEKASI – Indonesia berada di urutan pertama negara dengan video penyiksaan hewan di internet paling banyak sepanjang 2021.

Data tersebut diketahui berdasarkan hasil penelitian yang diterbitkan oleh Asia for Animals Social Media Animal Cruelty Coalition (SMACC) pada Rabu, 26 Agustus 2021 lalu.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan ruang lingkup mengejutkan dari video penyiksaan hewan yang diunggah berbagai media sosial seperti YouTube, TikTok, dan Facebook.

Baca Juga: Taliban Cegat Aktivis Hewan yang Evakuasi 79 Kucing dan 94 Anjing: Mereka Todongkan Senjata

SMACC telah mengidentifikasi 5.480 tautan individu ke video penyiksaan hewan antara Juli 2020 dan Agustus 2021, dengan jumlah penayangan gabungan mencapai lebih dari 5.3 miliar.

“Video-video itu menunjukkan ribuan hewan disiksa, dilumpuhkan, dan mengalami penderitaan berkepanjangan,” kata keterangan SMACC, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Newsweek, Selasa, 31 Agustus 2021.

Sementara beberapa kekejaman dalam video itu halus dan mungkin tidak disengaja, SMACC mengatakan bahwa dalam sebagian besar kasus, pelecehan itu sangat jelas dan jelas disengaja.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Warga Thailand Bisa Beli Vaksin Covid-19 Moderna via Aplikasi Belanja Online?

Indonesia sejauh ini berada di urutan pertama negara dengan video penyiksaan hewan di internet terbanyak dengan 1.262 video yang disusul oleh Amerika Serikat (296 video) serta Australia (135 video)

Selain itu ada 249 video yang dibuat di lokasi yang tidak diketahui di seluruh Asia, dan 112 diproduksi di lokasi yang tidak diketahui di Eropa.

Dari video yang diunggah, 1.683 tidak terdaftar dengan negara atau wilayah dan 731 video terdaftar dalam laporan sebagai tidak ada cara untuk mengetahuinya.

Baca Juga: Bagaimana Hewan Dapat Terkena Covid-19? Berikut Penjelasan dari dr. Adam Prabata

Beberapa hewan yang paling sering disiksa dalam video penyiksaan hewan tersebut diantaranya, burung, anjing, kucing, satwa liar (seperti babi hutan, kelelawar, rusa, dan musang), reptil, dan primata.

Beberapa video bahkan menampilkan spesies yang terancam punah seperti trenggiling dan siamang.

Lebih dari tiga ratus video tersebut diketahui telah ditonton sebanyak jutaan atau puluhan juta kali.

Baca Juga: Putra Siregar Raih Rekor MURI Hewan Kurban Terbanyak 1.100 Ekor: Semoga Tak Mengurangi Pahala dari Berkurban

Sementara itu, segelintir kecil telah mengumpulkan lebih dari seratus juta penonton, sementara yang paling banyak ditonton telah dilihat lebih dari satu miliar kali.

Beberapa pembuat video penyiksaan hewan tersebut diketahui memiliki status pesohor, dengan beberapa di antaranya memiliki jutaan pengikut.

Dalam beberapa kasus, video penyiksaan hewan ini bisa sangat menguntungkan bagi para pembuat video maupun media sosial.

Baca Juga: Raffi Ahmad Rela Sewa Lahan untuk Tempat Pemotongan Hewan Kurban di Jakarta

SMACC sebelumnya melaporkan bahwa YouTube memperoleh hingga 12 juta dolar AS atau senilai Rp171 triliun dari berbagi konten kekejaman terhadap hewan selama satu periode tiga bulan pada tahun 2020.

Sementara itu, pembuat video penyiksaan hewan sendiri memperoleh hampir 15 juta dolar As atau senilai Rp214 triliun.

"Di tengah era misinformasi dan disinformasi dalam politik dan seterusnya, media sosial telah muncul sebagai sumber utama konten yang menyesatkan, penuh kebencian, dan seringkali berbahaya," kata SMACC.

Baca Juga: Syarat Hewan Kurban Idul Adha 1442 Hijriyah yang Sah Menurut Syariat Agama Islam

"Sayangnya, hewan telah menjadi korban tanpa suara dari perebutan klik dan dolar iklan karena video yang mempromosikan, mendorong, dan mengambil untung dari penyalahgunaan mereka merajalela," tambahnya.

SMACC sekarang mendesak YouTube, Facebook, TikTok, dan media sosial lainnya di untuk bekerja sama dengan para ahli guna menerapkan kebijakan untuk mengurangi tren video penyiksaan hewan ini.

Mereka juga diminta untuk mengembangkan sistem pemantauan yang kuat di mana konten semacam ini dapat dihapus tanpa bergantung pada pelaporan pemirsa.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Newsweek


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x