Kisah Haru Polwan Afghanistan Gulafroz Ebtekar, Disiksa secara Brtual oleh Taliban hingga Tak Dibantu Rusia

- 2 September 2021, 15:42 WIB
Caption: Polisi wanita terkemuka Afghanistan, Gulafroz Ebtekar melarikan diri setelah menjadi sasaran pemukulan brutal oleh Taliban.
Caption: Polisi wanita terkemuka Afghanistan, Gulafroz Ebtekar melarikan diri setelah menjadi sasaran pemukulan brutal oleh Taliban. /Twitter/Noorullah Durrani

PR BEKASI – Seorang polisi wanita terkemuka Afghanistan menjadi buronan setelah menjadi sasaran pemukulan brutal oleh Taliban di tengah kekhawatiran rezim lama telah kembali ke Afghanistan.

Gulafroz Ebtekar menjadi sosok wanita terkemuka di Afghanistan setelah menjadi wanita pertama di Afghanistan yang lulus dari akademi kepolisian dengan gelar master.

Dia kemudian bekerja keras untuk menjadi wakil kepala investigasi kriminal di Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

Baca Juga: Joe Biden Dijuluki Pengecut usai 'Kabur' saat Ditanya soal Afghanistan

Namun, wanita berusia 34 tersebut diserang oleh Taliban selama pengambilalihan mereka di gerbang di luar Bandara Kabul, di mana dia telah menghabiskan lima malam dengan harapan mendapatkan tempat untuk dievakuasi ke luar negeri.

Dirinya mengaku menjadi buronan Taliban dan melarikan diri setelah pemukulan dan menemukan beberapa tentara Amerika Serikat (AS) yang diyakininya akan membantunya.

Tetapi, dia mengeklaim mereka malah membawanya ke jalan yang ramai di mana ada serangan teroris.

Baca Juga: Tak Hanya Tarik Pasukan dari Afghanistan, Joe Biden Juga Akan Beri Bantuan Dana untuk Taliban

"Kami sampai di kamp pengungsi di mana orang AS ditempatkan, Ketika tentara AS sudah dekat, saya menghela napas, saya pikir kami akhirnya aman,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express pada Kamis, 2 September 2021.

Dengan menggunakan Bahasa Inggris, dirinya kemudian meminta mereka untuk membawa dirinya keluar dari Afghanistan dengan memperlihatkan berbagai identitas diri.

"Kami ditanya kemana Anda ingin pergi?' Saya menjawab tidak masalah, ke negara yang aman di mana ada kemungkinan kita bisa bertahan,” katanya.

Baca Juga: Percakapan Ashraf Ghani dan Joe Biden Bocor, Strategi Militer Tak Terwujud hingga Taliban Kuasai Afghanistan

Para tentara AS tersebut kemudian meminta seorang tentara untuk menunjukkan jalan kepadanya untuk menuju Bandara Kabul.

"Saya pikir mereka akan mengawal kami ke pesawat atau memberikan keamanan. Namun mereka malah mengerahkan saya menuju jalanan yang pada saat itu terdapat serangan teroris. Saat itu saya tidak ingin hidup lagi," katanya.

Gulafroz Ebtekar diketahui telah mencoba mencari bantuan dari kedutaan Rusia karena dia telah belajar untuk gelar master di akademi kepolisian di Rusia.

Baca Juga: Baru Beberapa Hari Haramkan Musik, Taliban Eksekusi Mati Penyanyi Folk Afghanistan

Tetapi, permintaan bantuannya tersebut ditolak karena dia tidak memiliki paspor atau tempat tinggal di Rusia.

Dia mengatakan kepada surat kabar Rusia Moskovsky Komsomolets: "Saya bermimpi mengubah hidup di Afghanistan. Pertama, ketika menyangkut wanita di kepolisian. Dan saya melakukannya.

“Ketika saya kembali ke tanah air saya, saya mendapat pekerjaan di Kementerian Dalam Negeri, dan segera mendapat posisi yang agak tinggi. Saya menjadi Wakil Kepala Investigasi Kriminal Kementerian Dalam Negeri Afghanistan," katanya.

Baca Juga: Minta Pemerintah Waspadai 'Alumni Afghanistan', Pengamat: Masalah Taliban Saat Ini adalah Politisasi Agama

Sementara itu, Taliban dengan cepat mulai melakukan tindakan keras di Afghanistan setelah mengadakan pemakaman tiruan untuk pasukan AS, Inggris, Prancis, dan NATO kemarin.

Jalan-jalan dipenuhi dengan peti mati yang dibungkus dengan bendera AS, Inggris, Prancis serta bendera NATO di wilayah Khost.

Sementara di Kandahar, ribuan orang juga berkumpul mengibarkan bendera putih Taliban untuk merayakan apa yang kelompok itu sebut sebagai "hari kemerdekaan".

Baca Juga: Taliban Janji Perempuan Afghanistan Boleh Sekolah, Akademisi: Mereka Hanya Konsultasi dengan Laki-laki

Orang-orang juga merayakannya dengan kembang api dan tembakan di Kabul setelah pasukan terakhir AS menaiki penerbangan evakuasi ke luar negeri.

Itu terjadi setelah adegan perayaan di Kabul pada Selasa, 31 Agustus 2021, di mana kembang api meledak dan tembakan terdengar di udara beberapa saat setelah jet terakhir AS berangkat.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x