Demi Hindari Jutaan Kematian di Afghanistan, PBB Minta Taliban Dialog dengan Masyarakat Dunia

- 11 September 2021, 13:22 WIB
PBB meminta Taliban untuk melakukan pembicaraan internasional demi menghindari jutaan kematian di Afghanistan.
PBB meminta Taliban untuk melakukan pembicaraan internasional demi menghindari jutaan kematian di Afghanistan. /REUTERS

PR BEKASI – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan Taliban harus melakukan pembicaraan dengan masyarakat internasional untuk menghindari jutaan kematian di Afghanistan.
 
Dalam wawancara pada Kamis, 9 September 2021, Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan PBB harus bekerja sama dengan Taliban di Afghanistan
 
Dirinya mengatakan, PBB telah melakukan pembicaraan dengan militan yang mengambil alih negara itu bulan lalu.

Baca Juga: Menteri Singapura Khawatir Kebangkitan Taliban Tingkatkan Aksi Terorisme di Asia Tenggara

Hal itu dilakukan sebagai satu-satunya cara untuk mencegah kejatuhan keuangan di seluruh dunia dan kematian yang tak terhitung jumlahnya.
 
“Taliban mendambakan pengakuan dan menuntut agar sanksi apa pun terhadap mereka dan rezim baru mereka dicabut,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Sabtu, 11 September 2021.
 
“Mereka menginginkan dukungan keuangan yang berarti kita dapat memanfaatkannya,” tambahnya.
 
Antonio Guterres melanjutkan dengan mengatakan penolakan saat ini untuk mengakui pemerintah baru di Afghanistan yang dibentuk oleh Taliban mungkin memiliki konsekuensi bencana.

Baca Juga: Taliban Umumkan Pemerintahan Baru, China Beri Bantuan Rp440 Miliar dan Vaksin Covid-19 ke Afghanistan

Sampai sekarang, para pemimpin di AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya seperti Prancis telah menolak untuk mempertimbangkan anggota pemerintah Taliban yang ditunjuk sendiri sebagai rekan mereka.
 
Menurut Antonio Guterres, kurangnya dialog ini hanya dapat menyebabkan kejatuhan keuangan di seluruh dunia yang bisa menjadi mimpi buruk kemanusiaan bagi rakyat Afghanistan.
 
“Jika kita tidak ingin Afghanistan berubah menjadi pusat terorisme dan perempuan Afghanistan kehilangan setiap hak yang mereka perjuangkan di masa lalu, kita tidak punya pilihan selain memulai pembicaraan dengan Taliban,” klaimnya.
 
Sekjen PBB itu kemudian mengatakan bahwa tujuan organisasi global itu adalah untuk memastikan Afghanistan menemukan perdamaian dan stabilitas dengan pemerintahan yang tepat, yang menghormati hak asasi manusia (HAM).

Baca Juga: Taliban Sebut Wanita Tak Bisa Jadi Menteri: Mereka Harus Melahirkan

“Sampai sekarang, dalam diskusi yang kami lakukan, setidaknya ada penerimaan untuk berbicara,” kata  Antonio Guterres, yang tidak menutup kemungkinan akan pergi ke Afghanistan suatu hari nanti jika kondisinya membaik.
 
“Apakah kita punya jaminan? Tidak. Situasi ini bisa berjalan dua arah. Tugas kami adalah untuk memperluas solidaritas kami kepada orang-orang yang sangat menderita, di mana jutaan dan jutaan orang berisiko mati kelaparan,” tambahnya
 
Dalam laporan terbaru Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) menyebutkan bahwa sekitar 97 persen penduduk Afghanistan mungkin tenggelam di bawah garis kemiskinan kecuali krisis politik dan ekonomi negara itu ditangani.

Baca Juga: Taliban Sebut Wanita Tak Bisa Jadi Menteri: Mereka Harus Melahirkan 

Hampir 10 miliar dolar atau senilai Rp142.5 triliun aset bank sentral Afghanistan saat ini dibekukan di luar negeri dan dianggap sebagai pengaruh utama atas pemerintahan baru.
 
Hal tersebut dikatakan oleh utusan khusus PBB di Afghanistan, Deborah Lyons ke Dewan Keamanan PBB.
 
“Perekonomian harus dibiarkan bernapas selama beberapa bulan lagi, memberi Taliban kesempatan untuk menunjukkan fleksibilitas dan keinginan tulus untuk melakukan hal-hal yang berbeda kali ini,” katanya.
 
“Terutama dari perspektif hak asasi manusia, gender, dan kontraterorisme,” tambahnya.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Express


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x