Kelompok Houthi Sebut Arab Saudi Telah Bersekongkol dengan AS dan Israel untuk Celakakan Muslim Dunia

- 12 September 2021, 14:10 WIB
Kelompok Houthi asal Yaman menyebut Arab Saudi bersekongkol dengan AS dan Israel untuk melawan dunia Muslim.
Kelompok Houthi asal Yaman menyebut Arab Saudi bersekongkol dengan AS dan Israel untuk melawan dunia Muslim. /Anadolu Agency

PR BEKASI – Kelompok Syiah Houthi asal Yaman dalam pidato yang disiarkan televisi menuduh Arab Saudi dan anggota koalisi lainnya telah bersekongkol dengan Amerika Serikat (AS) dan Israel untuk melawan dunia Muslim.
 
Hal tersebut dikatakan oleh Sayyid Abdulmalik Al-Houthi yang merupakan pemimpin Houthi, pada minggu lalu.
 
"Persekongkolan Arab Saudi, AS, dan Israel telah menciptakan ancaman bagi keyakinan agama, keamanan, kebebasan, dan martabat seluruh dunia Muslim," katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Middle East Monitor, Minggu, 12 September 2021.

Baca Juga: Arab Saudi Gagalkan Pengiriman Narkoba Milik Hizbullah, Sering Selundupkan Obat-obatan Terlarang ke Kerajaan

Dirinya bersama kelompok Houthi bersumpah akan mengusir seluruh pasukan asing dari Yaman untuk membebaskan negara itu dari campur tangan asing.
 
"Kami akan membebaskan seluruh negara kami dan merebut kembali semua wilayah yang diduduki oleh koalisi agresi yang dipimpin oleh Arab Saudi," tambahnya.
 
Sementara itu, Kedutaan Besar Yaman di Iran telah mengonfirmasi kehadiran Israel di wilayah Yaman, khususnya
 
Ibrahim Mohamed Al Dailami, Duta Besar Yaman di Iran yang juga merupakan seorang anggota Houthi mengatakan, keberadaan Israel tersebut terkonfirmasi di pulau-pulau Yaman yang terletak strategis.

Baca Juga: Arab Saudi Izinkan Masuk Kembali Pelancong dari Indonesia, Vaksinasi Covid-19 Secara Penuh Jadi Syaratnya

Dalam sebuah wawancara Tehran Times, pulau-pulau yang dimaksud tersebut terdiri dari Pulau Hanish, Pulau Mayun, dan Pulau Socotra di Laut Arab.
 
“Kehadiran ini tidak lagi disembunyikan dan agresor tidak merasa malu dengan kehadiran pasukan militer mereka di tanah Yaman,” katanya.
 
“Jadi, syarat pertama pemerintah Yaman adalah keluarnya pasukan asing sebagai prioritas, apakah pasukan ini AS, Inggris, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) atau Israel," tambahnya.
 
Menurut diplomat Yaman, pasukan AS saat ini beroperasi di pangkalan udara Al-Anad di provinsi selatan Lahj dan di bandara Mahra di timur tempat pasukan Arab Saudi juga bermarkas.

Baca Juga: Arab Saudi Izinkan Masuk Kembali Pelancong dari Indonesia, Vaksinasi Covid-19 Secara Penuh Jadi Syaratnya

Dia juga mengeklaim ada kehadiran Pasukan Reaksi Cepat Inggris baru-baru ini di provinsi Mahra, yang berbatasan dengan Oman.
 
Meskipun mengurangi operasi militer di Yaman, pasukan UEA masih ada di Pulau Socotra, Pulau Mayun, dan di Bandara Mukalla di provinsi Hadramaut, dan di Bandara Aden, kata Dailami.
 
Secara de facto, pemerintah yang berbasis di Sanaa sebelumnya mengutuk UEA atas aktivitasnya di Pulau Socotra dan di Selat Bab El-Mandeb, termasuk transfer ilegal turis Israel  ke Pulau Socotra.
 
Menyusul perjanjian normalisasi hubungan antara UEA dan Israel tahun lalu, muncul laporan bahwa kedua negara sedang bekerja menuju pembentukan pangkalan mata-mata di pulau yang disebut-sebut sebagai tempat hidup Dajjal tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x