Nasib Ratusan Diplomat Afghanistan di Luar Negeri Hadapi Ketidakpastian, Kehabisan Uang hingga Protes Taliban

- 16 September 2021, 16:45 WIB
Bendera Afghanistan berkibar di Depan Kedutaan Afghanistan di Washington, Amerika Serikat. Ratusan Diplomat Afghanistan hadapi nasib ketidakpastian alami kehabisan uang hingga protes sikap Taliban.
Bendera Afghanistan berkibar di Depan Kedutaan Afghanistan di Washington, Amerika Serikat. Ratusan Diplomat Afghanistan hadapi nasib ketidakpastian alami kehabisan uang hingga protes sikap Taliban. /Dok. Reuters/

Tetapi delapan staf kedutaan besar yang berbicara kepada Reuters dengan syarat anonim, di negara-negara termasuk Kanada, Jerman dan Jepang, menggambarkan disfungsi dan keputusasaan dalam misi mereka.

Baca Juga: Tim Sepak Bola Perempuan Afghanistan Kabur ke Pakistan

"Rekan-rekan saya di sini dan di banyak negara memohon kepada negara tuan rumah untuk menerima mereka," kata seorang diplomat Afghanistan di Berlin, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters pada Kamis, 16 September 2021.

Dia mengatakan kepada Reuters takut apa yang mungkin terjadi pada istri dan empat putrinya yang tetap di Kabul jika dia mengizinkan namanya digunakan.

"Saya benar-benar memohon. Para diplomat bersedia menjadi pengungsi," katanya, seraya menambahkan bahwa dia harus menjual segalanya, termasuk sebuah rumah besar di Kabul, dan mulai dari awal lagi.

Misi diplomatik Afghanistan di luar negeri menghadapi periode "ketidakpastian yang berkepanjangan" ketika negara-negara memutuskan apakah akan mengakui Taliban, kata Afzal Ashraf, pakar hubungan internasional dan rekan peneliti di Universitas Nottingham Inggris.

Baca Juga: Satu Bulan Berkuasa, Taliban Pecut Perempuan hingga Pukuli Warga Sipil di Jalan Raya Afghanistan

"Apa yang bisa dilakukan kedutaan tersebut? Mereka tidak mewakili pemerintah. Mereka tidak memiliki kebijakan untuk diterapkan," katanya, menambahkan bahwa staf kedutaan kemungkinan akan diberikan suaka politik karena masalah keamanan jika mereka kembali ke Afghanistan.

Taliban, yang memberlakukan interpretasi ketat terhadap hukum syariat Islam dengan hukuman seperti amputasi dan rajam selama pemerintahan mereka sebelumnya dari 1996 hingga 2001, telah berusaha untuk menunjukkan wajah yang lebih moderat sejak kembali berkuasa.

Juru bicara telah meyakinkan Afghanistan bahwa mereka tidak keluar untuk membalas dendam dan akan menghormati hak-hak orang, termasuk perempuan.

Halaman:

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x