Dua staf kedutaan besar Afghanistan di New Delhi mengatakan mereka juga kehabisan uang tunai untuk misi melayani ribuan warga Afghanistan yang berusaha menemukan jalan pulang untuk kembali ke keluarga atau membutuhkan bantuan mengajukan permohonan suaka di negara lain.
Kedua staf mengatakan mereka tidak akan kembali ke Afghanistan karena takut menjadi sasaran karena hubungan mereka dengan pemerintah sebelumnya, tetapi juga akan berjuang untuk mendapatkan suaka di India di mana ribuan warga Afghanistan telah menghabiskan bertahun-tahun mencari status pengungsi.
"Saya hanya harus duduk diam untuk saat ini di gedung kedutaan dan menunggu untuk keluar ke negara mana pun yang mau menerima saya dan keluarga saya," kata salah seorang staf.
Beberapa utusan diplomatik Afghanistan secara terbuka mengkritik Taliban.
Manizha Bakhtari, duta besar Afghanistan untuk Austria, secara teratur mengunggah tuduhan pelanggaran hak asasi manusia oleh Taliban di Twitter, sementara utusan untuk China Javid Ahmad Qaem memperingatkan agar tidak mempercayai janji-janji Taliban pada kelompok-kelompok ekstremis.
Yang lain diam, berharap negara tuan rumah mereka tidak akan terburu-buru mengakui kelompok itu dan menempatkan mereka dalam bahaya.
Beberapa diplomat Afghanistan mengatakan mereka akan mengamati dengan seksama pertemuan tahunan para pemimpin dunia di PBB di New York minggu depan, di mana ada ketidakpastian mengenai siapa yang akan mengisi kursi Afghanistan.
Kredensial PBB memberikan bobot kepada pemerintah, dan belum ada yang secara resmi mengklaim kursi Afghanistan.