Abdelkarim mengatakan warga memiliki akses mendapatkan air keran kota hanya tiga kali seminggu.
Baca Juga: Israel Tolak Gagasan Angela Merkel untuk Perdamaian, Naftali Bennett: Palestina Negara Teroris
Tapi, kadang-kadang air itu bercampur dengan limbah karena infrastruktur yang rusak di kamp-kamp pengungsi tidak dapat menanganinya dengan baik.
“Hidup di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan. Kami selalu membeli air minum dari pedagang kaki lima,” kata Abdelkarim.
Banyak pedagang air swasta di Jalur Gaza melakukan filterisasi untuk menghilangkan rasa asin di air dan menjualnya kepada orang-orang di sana.
Biaya rata-rata untuk 1.000 liter air swasta di Jalur Gaza adalah 30 shekel baru Israel atau senilai Rp132.000.
Baca Juga: Israel Izinkan Umat Yahudi Beribadah di Masjid Al Aqsa, Palestina Murka dan Ingatkan Pecahnya Perang
Muhammad Saleem dari lingkungan Al-Sheikh Redwan di Jalur Gaza utara, mengatakan upaya untuk menumbuhkan kebun di rumahnya telah gagal karena airnya terlalu tercemar.
“Semua tanaman saya mengering dan mati karena pencemaran air yang tinggi dan klorida yang tinggi,” katanya.
Saleem menambahkan bahwa tidak mungkin selama bertahun-tahun bagi dia dan keluarganya untuk menggunakan air keran kota untuk minum, memasak, atau kebutuhan lainnya.