PIKIRAN RAKYAT - Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata pada Sabtu, 29 Februari 2020 waktu setempat, untuk membubarkan ratusan demonstran berpakaian hitam yang kembali turun ke jalan dengan membawa bom bensin.
Seorang petugas bersiaga dengan senjatanya, ketika para demonstran melemparkan botol-botol air plastik dan payung ke arahnya.
Kerusuhan itu termasuk yang paling ganas di kota yang kini dikuasai oleh Tiongkok, setelah periode yang relatif tentang menyusul protes anti-pemerintah yang memanas pada Juni tahun lalu.
Baca Juga: Begini Reaksi Jurgen Klopp Setelah Liverpool Alami Kekalahan Pertama di Liga Premier
Kekhawatiran virus corona juga diduga menjadi pemicu bentrokan tersebut, karena beberapa warga yang memilih untuk tetap berada di dalam rumah.
Dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dari Reuters Minggu, 1 Maret 2020 diberitakan bahwa ratusan demonstran berkumpul di sekitar distrik Mong Kok dan stasiun kereta bawah tanah Prince Edward.
Di mana beberapa kerusuhan parah sempat meletus pada 31 Agustus 2019, ketika para polisi menembakkan gas air mata ke arah demonstran pro-demokrasi yang memberikan serangan dengan bom bensin.
Beberapa demonstran meneriakkan "bebas Hong Kong, revolusi zaman kita," sementara yang lain menyerukan agar pasukan polisi dibubarkan, mengemakan slogan-slogan dari demonstrasi sebelumnya.
Ketika jumlah demonstran meningkat, beberapa orang membakar Nathan Road di distrik Kowloon, yang menghasilkan kepulan asap tebal ke udara.