Laporan Khusus EIA Tentang Obat Virus Corona yang Dicampur dengan Empedu Beruang

- 25 Maret 2020, 06:15 WIB
Seekor beruang hitam Asia setelah diselamatkan dari peternakan empedu beruang di Chengdu, Tiongkok
Seekor beruang hitam Asia setelah diselamatkan dari peternakan empedu beruang di Chengdu, Tiongkok /Asia Times

Bahkan tekanan dari Beijing telah gagal memberantas sejumlah pasar yang mengkhususkan diri pada apa yang oleh banyak pengunjung Tiongkok dianggap sebagai makanan lezat yang eksotis.

“Ketika dunia dilumpuhkan oleh pandemi coronavirus, risiko kesehatan masyarakat dan lingkungan dari perdagangan satwa liar dengan tepat mendapat perhatian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk mengakhiri penggunaan bagian-bagian satwa liar yang terancam dalam pengobatan, terutama karena survei terbaru yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan sebagian besar responden menentang penggunaan satwa liar dalam pengobatan,” terang White dari EIA.

Sejauh ini, lebih dari 382.000 orang telah terinfeksi secara global dengan virus corona baru sementara jumlah kematian telah meningkat melewati 16.000.

Baca Juga: Seorang Pencuri Tertangkap Setelah Tertidur di Toko yang Dia Rampok

Di Tiongkok, lebih dari 81.000 orang telah terinfeksi dengan angka kematian hampir 3.300.

Italia, Spanyol, Prancis, dan Inggris telah melaporkan wabah terburuk di Eropa sementara Amerika Serikat memiliki lebih dari 46.000 kasus resmi. "Gelombang kedua" juga melanda Asia Tenggara.

Tetapi, barangkali, yang juga memprihatinkan adalah munculnya “kasus-kasus Covid-19 asimptomatik baru di Wuhan” setiap hari.

Baca Juga: Ratusan Pelancong Inggris Terdampar di Pegunungan Peru Akhirnya Terbang dengan Biaya Rp 400 Juta

Awal pekan ini, kelompok media Caixin mengklaim bahwa "lebih dari selusin orang" telah dites positif untuk virus tetapi tidak menunjukkan gejala. Mereka dianggap tanpa gejala dan “dikeluarkan” dari statistik resmi.

“Menurut anggota tim pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Wuhan, setiap hari kota terus mencatat 'lebih dari selusin individu yang terinfeksi tanpa gejala'. Seseorang yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa orang-orang yang tidak bergejala ini ditemukan dengan melacak kontak orang lain yang terinfeksi dan dengan skrining pekerja karantina yang berisiko tinggi infeksi, yang bertentangan dengan pengujian massal. "Saat ini tidak mungkin untuk mengetahui apakah transmisi telah berhenti," sebutnya. ***

Halaman:

Editor: Billy Mulya Putra

Sumber: Asia Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x