Laporan tentang isolasi diri Vajiralongkorn di hotel mewah itu memicu kemarahan puluhan ribu warga Thailand, yang berisiko melanggar undang-undang "lèse-majesté" di negara itu dengan mengkritiknya secara di media sosial.
Baca Juga: Ridwan Kamil Ancam Berikan Status ODP Bagi Warganya yang Abaikan Imbauan Larangan Mudik
Dalam Aturan Thailand, di bawah hukum siapa pun yang menghina atau mengkritik monarki dijatuhi hukuman penjara hingga 15 tahun.
Namun, sebuah tagar dalam bahasa Thailand yang diterjemahkan menjadi ke dalam bahasa Indonesia, "Mengapa kita membutuhkan seorang raja?" muncul 1,2 juta kali di Twitter dalam 24 jam, setelah seorang aktivis mengklaim Vajiralongkorn bepergian pada hari libur di Jerman sementara pandemi terus menyebar di seluruh Thailand.
Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengumumkan pada Sabtu, 109 kasus baru di negara itu, sehingga jumlah total infeksi menjadi 1.245.
Baca Juga: Penata Rambut Gunakan Payung Hitam Berlubang untuk Pelindung saat Mencukur Rambut Kliennya
Aktivis bernama Somsak Jeamteerasakul yang tinggal di Prancis, mengunggah serangkaian foto di Facebook yang mengklaim Vajiralongkorn terbang dari Swiss ke berbagai tempat di Jerman mulai awal Maret karena "kebosanan".
Jeamteerasakul adalah seorang kritikus yang mengecam terhadap undang-undang monarki dan "lése-majesté" Thailand, dan mengatakan dalam satu unggahan.
“(Vajiralongkorn akan) membiarkan rakyat Thailand khawatir oleh virus ini. Bahkan Jerman juga khawatir tentang virus (tetapi) itu bukan urusannya," ujarnya.
Baca Juga: Belanja Gunakan APD Medis Penanganan Pasien Virus Corona, Pengunjung Diusir dari Toko Perbelanjaan