PR BEKASI – Para ahli memperingatkan bahwa pria botak lebih memungkinkan menderita gejala Virus Corona atau COVID-19 lebih parah daripada yang tidak.
Hasil penelitian terbaru itu menyebutkan bahwa hubungan antara kebotakan dan gejala Virus Corona COVID-19 yang parah cukup kuat. Sehingga banyak peneliti menyerukannya supaya dianggap sebagai faktor risiko.
Dikutip dari The Sun oleh Pikiranrakyat-Bekasi.com Sabtu, 6 Juni 2020 Pemimpin Studi Utama di Brown UNIVERSITY, Prof Carlos Wambier mengatakan, tim penelitinya benar-benar berpikir bahwa kebotakan salah satu faktor risiko tingkat keparahan pasien COVID-19.
Baca Juga: Penemuan Terbaru: Pasien Virus Corona Diklaim Membaik Usai Diberi Obat Gangguan Pencernaan
Jika temuannya dikonfirmasi, maka itu bisa menjadi gamechanger untuk merawat pasien Virus Corona atau COVID-19 dan bisa mengurangi jumlah pria yang meninggal akibat virus tersebut.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pria botak secara tidak proporsional rentan meninggal akibat Virus Corona atau COVID-19, karena hormon dalam tubuhnya.
Penelitian sebelumnya dan analisis statistik oleh Public Health Inggris menunjukkan bahwa pria dua kali lebih mungkin meninggal karena Virus Corona.
Baca Juga: Kerap Dikaitkan Secara Negatif, Luhut: Tiongkok Adalah Kekuatan Dunia yang Tak Bisa Diabaikan
Para ilmuwan pun percaya bahwa kerentanan pria terhadap COVID-19 disebabkan oleh hormon seks pria yang disebut androgen, yang juga termasuk testosteron.
Hormon androgen itulah yang menyebabkan rambut rontok dan bertindak sebagai pintu masuk untuk Virus Corona menyerang sel.