Apakah Tes Covid-19 Masih Efektif Cegah Penularan Saat Ini? Berikut Kata WHO

- 23 Mei 2022, 08:26 WIB
Ilustrasi alat tes Covid-19.
Ilustrasi alat tes Covid-19. /Pixabay/Webandi

PR BEKASI - Melakukan swab test di hidung dan tenggorokan guna menguji Covid-19 telah menjadi hal yang rutin bagi sebagian orang.

Banyak kontroversi di masyarakat mengenai masih perlukah tes Covid-19 untuk mengurangi penularan.

Melansir dari ANTARA pada Minggu, 22 Mei 2022, banyak pejabat kesehatan di beberapa negara mempertanyakan efektivitas pencegahan penularan Covid-19 dengan melakukan tes secara berulang-ulang.

Melihat penerapannya, hal itu dianggap memberatkan serta membutuhkan biaya yang tidak sesikit.

Baca Juga: Kejutan One Piece 1050, Luffy Ratakan Air Terjun Wano untuk Buka Perbatasan

Contohnya adalah negara Jepang yang telah menghindari pengujian dalam jumlah yang besar.

Jepang memilih menangani pandemi Covid-19 dengan melihat tingkat infeksi dan kematian. Hal ini dinilai relatif lebih baik.

Tidak hanya Jepang, negara-negara lain termasuk Inggris dan Spanyol juga mengurangi pengujian tes Covid-19.

Berbeda dengan negara yang disebutkan sebelumnya, China tetap melakukan pengujian Covid-19 berulang di seluruh kawasannya.

Baca Juga: Mengenal Restorative Justice yang Diunggah Humas Polri, tentang Pelaku Terpaksa Berbuat Jahat

Hal ini menjadi bagian penting di sana. Tujuannya adalah untuk mewujudkan negara China menjadi 'nol Covid'.

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dale Fisher, buka suara terkait hal tersebut.

"Kita perlu belajar dan tidak ada yang melakukannya dengan sempurna," katanya.

Diketahui bahwa WHO mendesak negara-negara untuk melakukan pengujian pada setiap kasus yang dicurigai sejak terdentifikasinya kasus Covid-19.

Baca Juga: 26 Mei 2022 Libur Hari Apa? Ada 10 Link Twibbon untuk Merayakannya

Tujuannya adalah bahwa pengawasan global membantu para ilmuwan memahami risiko penyakit yang parah atau kematian serta risiko penularan.

Menurut para ahli kesehatan, mereka telah melihat varian omicron yang menimbulkan gejala relatif lebih ringan.

Selain itu, untuk virus Omicron, terdapat juga ketersediaan vaksin, serta perawatan yang lebih efektif.

Berdasarkan hal tersebut, setiap pemerintahan harus mempertimbangkan kebijakan yang lebih strategis seperti pengambilan sampel populasi.

Baca Juga: Teori One Piece 1050, Lindungi Onigashima, Momonosuke Jadi Pemimpin Sejati

Sebenarnya, WHO tidak pernah merekomendasikan skrining massal individu tanpa gejala karena mempertimbangkan biaya serta kurangnya data tentang keefektifannya.

"Klaimnya (pengujian massal) akan menghentikan pandemi, dan itu akan memotong penularan hingga 90%, dan ternyata tidak," kata Angela Raffle, dosen senior di Bristol University Medical School.

Beberapa kemungkinan penjelasan, mengapa test covid-19 tidak menghasilkan manfaat yang lebih besar, antara lain hasil tes tidak akurat.

Terdapat juga kendala dalam tes Covid-19 yaitu banyak orang yang tidak mau atau tidak punya kesempatan untuk melakukan isolasi setelah mendapatkan hasil tes positif.

Baca Juga: Link Twibbon Kenaikan Isa Almasih 2022: Ascension Day of Jesus Christ

Adapun tinjauan dari British medical journal pra-omicrom mengatakan bahwa, dari seluruh pasien yang positif Covid, hanya 42,5 persen yang mau dan dapat menjalankan proses isolasi secara keseluruhan.

Di Inggris saat ini, tes Covid-19 gratis hanya tersedia untuk petugas kesehatan pemerintah, mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan orang yang masuk rumah sakit.

Untuk orang-orang dengan gejala, mereka harus mengeluarkan uang untuk melakukan tes atau tinggal di rumah hingga merasa lebih baik.***

Editor: Akhmad Jauhari

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x