Dalam sepekan terakhir, pihak berwajib telah menangkap lebih dari 50 orang, termasuk beberapa pemimpin protes.
"Kekerasan atau tidak, semua pertemuan itu ilegal," kata juru bicara polisi Yingyos Thepjamnong pada konferensi pers.
Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan bahwa tidak ada untung atau rugi bagi pihak mana pun, itu semua menyebabkan kerusakan negara. Pemerintah ingin meminta pengunjuk rasa untuk tidak berkumpul dan tetap damai.
Pada hari Kamis, Thailand memerintahkan pelarangan protes yang telah menjadi tantangan terbesar selama bertahun-tahun kepada pemerintah dan telah menimbulkan kritik yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Raja Maha Vajiralongkorn yang berada di Jerman.
Baca Juga: Kecewa Hanya Diterima Stafsus, BEM SI Janji Geruduk Lagi Istana Tepat 1 Tahun Kepemimpinan Jokowi
Setelah adanya pelarangan, puluhan ribu orang memprotes di Bangkok dan kembali menentangnya.
Ribuan lainnya berunjuk rasa pada hari Jumat, melawan polisi anti huru hara yang merespons dengan menembakkan air yang dicampur bahan kimia yang berwana biru.
“Saya mengutuk mereka yang menindak para pengunjuk rasa dan mereka yang memerintahkannya. Anda semua memiliki darah di tangan Anda,” ujar pemimpin protes Tattep Ruangprapaikitseree, mengatakan setelah dibebaskan dengan jaminan setelah penangkapannya pada hari Jumat.
Baca Juga: Guru Sejarah Tewas Digorok Usai Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad, Emmanuel Macron: Ulah Teroris Islam
Para pengunjuk rasa menuntut Prayuth mengundurkan diri, yang pertama kali mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014.
Editor: M Bayu Pratama
Sumber: Al Jazeera