WHO: Berjemur Tak Bisa Cegah Virus Corona, Lebih Baik Lakukan Cara Lain

6 April 2020, 19:19 WIB
WARGA binaan berjemur di Rutan kelas 1, Depok, Kamis 2 April 2020. Kementerian Hukum dan HAM menerapkan protokol kesehatan di rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan dengan meminta warga binaan berjemur guna membantu meningkatkan imunitas.* /ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT - Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan, berjemur sinar matahari dengan termperatur lebih dari 25 derajat Celsius tidak bisa mencegah infeksi virus corona.

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan situs resmi WHO, Senin 6 April 2020, virus SARS-CoV 2 penyebab Covid-19 tetap bisa menginfeksi manusia meski berada di negara bersuhu panas.

WHO mencatat, kasus infeksi virus corona tetap terjadi di negara-negara beriklim panas seperti Arab Saudi dan negara di Timur Tengah lainnya.

Baca Juga: Betah di Rumah Lawan Corona, Tips Efektif saat Menjalani WFH alaGrab

WHO menyarankan, masyarakat melindungi diri dari virus corona dengan cara rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Selain itu, setiap orang juga diimbau tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung terlebih saat tangan kotor.

Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih mengatakan, berjemur di bawah sinar matahari tidak dikatakan sebagai langkah pencegahan virus corona.

Akan tetapi, Daeng mengatakan berjemur sinar matahari selama 10 hingga 15 menit bagus untuk kesehatan yaitu untuk mendapatkan vitamin D.

Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia: 192 Sembuh dari 2.491 Kasus Positif

"Berjemur memang bagus untuk meningkatkan imunitas tubuh, tapi tidak bisa dikatakan sebagai pencegahan Covid-19," ujar Daeng seperti dilaporkan Antara.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati sebelumnya mengatakan, dari kajian sejumlah ahli, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh cuaca dan iklim terhadap tumbuh kembang virus SARS-CoV 2 penyebab Covid-19.

BMKG mengkaji variabel tumbuh kembang virus corona dengan cuaca dan iklim bersama 11 doktor meteorologi, klimatologi, matematik beserta ilmuwan kedokteran, mikrobiologi, kesehatan, dan pakar lainnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Tenaga Medis, Bayi di Thailand Ikut Gunakan Face Shield

Kendati demikian, dia menyebut bahwa pergerakan atau mobilitas penduduk lebih berpengaruh daripada faktor iklim dalam penyebaran virus.

Dwikorita menyampaikan, masyarakat harusnya bisa manfaatkan keuntungan iklim tropis untuk memperkuat imunitas di bawah matahari pada jam yang tepat.***

Editor: Yusuf Wijanarko

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler