PR BEKASI - Ketua Umum Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Abdul Fatah memberikan penjelasan terkait wacana mengadakan Festival Santet pertama di Indonesia pada bulan Suro (Agustus-September) mendatang.
Mulanya, Abdul Fatah menjelaskan bahwa Perdunu dibentuk karena adanya keprihatinan pada maraknya praktik perdukunan yang menjadi ajang penipuan.
"Jadi latar belakang berdirinya Perdunu ini terkait dengan keprihatinan bersama bahwa praktik dukun dan perdukunan ini banyak sekali tidak membawa norma-norma, hingga menjadi ajang penipuan," kata Abdul Fatah, yang dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tayangan kanal YouTube Apa Kabar Indonesia, Rabu, 10 Februari 2021.
Baca Juga: Minta Pemerintah Hapus PPKM, Pandu Riono: Kelihatan Kontradiksi, Pengetatan Tapi kok Dilonggarkan
Abdul Fatah lantas menjelaskan bahwa arti istilah santet di Banyuwangi sangat berbeda dengan istilah santet di KBBI.
"Definisi santet yang berlaku di Banyuwangi itu bukan santet seperti yang kita lihat di KBBI atau wikipedia. Jadi santet definisi Banyuwangi itu sejenis pengasihan atau mahabah," kata Abdul Fatah.
Lebih lanjut, Abdul Fatah menjelaskan bahwa tujuan menggelar Festival Santet adalah untuk menurunkan angka perceraian di Banyuwangi, sehingga para suami istri bisa lebih saling mencintai lagi.
Baca Juga: Pasrah Tak Bisa Pertahankan Rohimah, Kiwil: Saya Tidak Bisa Hidup Tanpa Poligami
"Karena angka perceraian di Banyuwangi itu begitu tinggi maka kita menginisiasi untuk mengadakan Festival Santet. Jadi dibikin cinta lagi, ini harapan besarnya," kata Abdul Fatah.