Zubairi Djoerban mengatakan bahwa E484K ini merupakan mutasi varian P1, yang diketahui memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi pada anak muda.
Setidaknya ada tiga tiga varian yang kini jadi perhatian para ahli. Pertama B117 dari Inggris, B1351 di Afrika Selatan, dan yang terbaru P1 dari Brasil.
“E484K ini juga sudah ada dalam variant of concern (VOC)-nya WHO per 1 April 2021, dan juga VOC nya "Center of Disease Control (CDC)" Amerika Serikat per 24 Maret 2021,” ucapnya.
Perlu diketahui bahwa di Indonesia sendiri, E484K telah terdeteksi sejak Februari 2021 di Jakarta saat pemeriksaan oleh Lembaga Eijkman.
Kendati E484K disebut kurang rentan terhadap antibodi dan lebih kebal vaksin.
“Saya masih menunggu hasil lanjutan dan bagaimana efeknya terhadap vaksin yang selama ini beredar,” tuturnya.
Baca Juga: Taufik Damas Tanyakan Cara Negara Bayar Utang, Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani Berikan Jawaban
Oleh karena itu, Zubairi Djoerban mengingatkan pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
“Yang jelas, tetap pakai masker, cuci tangan memakai sabun dan air mengalir, plus menjaga jarak” ujarnya.