PR BEKASI - Wakil Ketua Dewan Pembina Majelis Ulama Indonesia (MUI) Muhyiddin Junaidi menyebut bahwa dalam agama Islam, radikalisme bukan berarti dianggap sesuatu yang selalu negatif.
"Sebetulnya begini, dalam Islam itu radikalisme tidak senantiasa kita menganggapnya sesuatu yang negatif, pemikiran-pemikiran yang positif juga dianggap radikal," ucapnya dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari tvOneNews, Sabtu, 10 April 2021.
Komentar Muhyiddin tersebut berangkat dari keputusan Direksi PT Pelni yang membatalkan rencana pengajian di bulan Ramadhan yang mana di dalamnya terdapat perwakilan dari MUI yakni, Ketua Bidang Pengurus MUI KH Cholil Nafis.
Baca Juga: Dikecam Warganet Gara-gara Pakai Tanjak Melayu dan Hot Pants, Keanu Agl: Saya Tidak Tahu
Pengajian tersebut dibatalkan karena menurut Komisaris Independen PT Pelni, Kristia Budiyarto, terdapat penceramah dalam acara tersebut yang ditudingnya radikal.
"Kalau saya melihat kebijakan Direksi Pelni ini sangat kontra produktif, tendensius, dan juga melukai perasaan umat Islam," tuturnya.
Bagaimana pun juga, ujar Muhyiddin, seharusnya PT Pelni dan perusahaan-perusahaan BUMN lainnya berterima kasih dengan acara pengajian tersebut.
Wakil Ketua Dewan Pembina MUI tersebut juga telah memastikan bahwa para ulama yang menjadi penceramah di acara tersebut bukanlah seorang radikal.