Pasalnya, Effendi Gazali menilai, orang-orang masuk ke BUMN menjadi tidak punya tantangan karena kondisi perusahaan yang dinilai sudah cukup baik
"Karena begini, ada orang-orang yang masuk di BUMN yang mungkin tidak punya tantangan besar. Sudah untung, sudah jalan sendiri. Jadi dia masuk di situasi 7 atau 8, selesainya di 7 atau 8 pun gak masalah. Makanya menjadi tidak luar biasa," tutur Effendi Gazali.
Bahkan menurutnya, jika orang yang menjadi Komisaris BUMN itu masuk ke perusahaan yang kondisinya minus 6, selesai di minus 6 pun tak masalah, karena akan dianggap sulit.
Effendi Gazali lantas mempertanyakan apakah pemerintah mau menjadikan marwah Komisaris BUMN menajadi sesuatu yang penting.
"Apakah kita mau menjadikan marwah Komisaris BUMN ini menjadi sesuatu yang penting kembali? Ini marwahnya mau ditegakkan demi kompetensi yang sudah ada key performance indicator-nya atau biasa aja?," kata Effendi Gazali.
Efendi Gazali lalu menjelaskan pernyataan Adian Napitulu pada 2019 lalu soal pihak Istana yang meminta daftar aktivis 1998, yang bisa membantu BUMN.
"Termasuk, saya tertarik loh dengan Bang Adian, dia pernah bicara tahun lalu, dia mengatakan bahwa pada tahun 2019 dari Istana itu pernah meminta daftar dari mereka-mereka yang merupakan aktivis 1998, yang bisa membantu si BUMN," kata Effendi Gazali.
"Lalu dia berandai-andai kalau ada 1000 perusahaan dengan 6 komisaris maka akan ada 6000 posisi. Kalau 10 persen saja berasal dari para aktivis atau partai politik, berarti ada 600," sambungnya.