Soroti Strategi Pemerintah Atasi Covid-19, Sherly Annavita: Data Kematian Tak Boleh Dianggap Remeh?

- 12 Agustus 2021, 21:33 WIB
Sherly Annavita soroti kabar penghapusan data kematian dari indikator Covid-19.
Sherly Annavita soroti kabar penghapusan data kematian dari indikator Covid-19. /Instagram/@sherlyannavita

PR BEKASI – Penghapusan angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 yang disampaikan Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan menuai polemik.

Jubir Menko Marves, Jodi Mahardi mengatakan bahwa angka kematian dari indikator penanganan Covid-19 tidak dihapus.

Lebih lanjut, Jodi Mahardi menjelaskan bahwa bukan dihapus, hanya tidak dipakai sementawa waktu karena ditemukan adanya kesalahan input data.

Baca Juga: Tak Ikut Pasang Baliho Seperti Politikus Lain, Ganjar Pranowo: Aku Mikir Covid-19 Piye Carane Beres

Kabar ini pun mendapatkan sorotan dari influencer Sherly Annavita.

Menurut Sherly Annavita angka-angka kematian akibat Covid-19 penting.

Oleh karena itu, Sherly Annavita menilai angka-angka tersebut jangan dianggap remeh.

Baca Juga: Viral Nakes Dikirimi Makanan Campur Tanah Kuburan, Diduga dari Keluarga Pasien Covid-19 yang Meninggal

Bukankah data kematian sangat penting dan tidak boleh dianggap remeh?” kata Sherly Annavita sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Instagram @sherlyannavita, Kamis, 12 Agustus 2021.

Sherly Annavita menyebutkan bahwa angka kematian tersebut dapat menjadi tolak ukur sukses tidaknya pemerintah mengatasi pandemi Covid-19.

Selain data kematian, angka kesembuhan juga menjadi tolak ukur kesuksesan menangani pandemi Covid-19.

Baca Juga: Kabar Baik, WHO akan Uji Tiga Obat Baru untuk Pengobatan Covid-19 dengan Libatkan RIbuan Peneliti

Karena data yang sembuh dan data yang meninggal itu sama pentingnya untuk menjadi tolak ukur kemajuan dan kemunduran dalam penanganan pandemi ini,” ujar Sherly Annavita.

Sebelumnya, Menko Marves sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali, Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan, sejumlah daerah mengalami perbaikan situasi, namun dalam kenyataan dalam beberapa hari terakhir kematian tercatat hingga di atas 1.000 orang per hari.

Padahal, angka kasus konfirmasi di Jawa dan Bali mengalami penurunan yang cukup signifikan di beberapa mayoritas provinsi, salah satunya di DKI Jakarta.

Baca Juga: Pemerintah Hapus Angka Kematian dari Indikator Penanganan Covid-19, dr Berlian: Masih Bisa Berharap ke Negara?

Menurut Luhut Binsar Pandjaitan, hal itu terjadi lantaran adanya kesalahan pada saat memasukan data kematian.

Oleh karena itu, selanjutnya kata Luhut Binsar Pandjaitan akan meniadakan angka kematian dari indikator penanganan Covid-19.

“Evaluasi tersebut kami lakukan dengan mengeluarkan indikator kematian dalam penilaian karena kami temukan adanya input data yang merupakan akumulasi angka kematian selama beberapa minggu ke belakang sehingga menimbulkan distorsi dalam penilaian," kata  Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan virtualnya, Senin, 9 Agustus 2021.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: Instagram @sherlyannavita


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x