Ia pun menerangkan corona merupakan virus yang memiliki selubung di bagian luar yang disebut "envelope". Virus-virus envelope, jika envelopenya rusak akan menjadi inaktif.
Baca Juga: Bebaskan 30 Ribu Narapidana dan Anak, Anggaran Negara Diprediksi Hemat Rp 260 Miliar
Oleh karena itu, virus-virus envelope mudah diinaktifkan.
Akan tetapi virus corona berbeda dengan virus envelope yang lain, karena lebih mampu bertahan di lingkungan.
"Hanya saja faktor yang menyebabkan virus corona lebih stabil masih belum jelas," ujar Andrew.
Baca Juga: Pakar UGM Prediksi Lonjakan Kasus Corona di Indonesia Pekan Kedua April dan Berakhir Mei
Berdasarkan penelitian terbaru di NIH (National Institute of Health, US), COVID-19 dapat bertahan di lingkungan selama delapan jam dengan sedikit penurunan jumlah mulai terjadi pada tiga jam pertama.
Selain itu, virus tersebut juga dapat bertahan cukup lama pada permukaan benda mati.
"Berdasarkan penelitian tersebut, virus masih terdeteksi pada besi dan plastik hingga 72 jam, tetapi jumlahnya sudah turun hingga sepertiganya. Namun, penelitian tersebut hanya menguji stabilitas virus, belum diketahui apakah virus tersebut masih infeksius atau tidak," katanya.
Baca Juga: 1 Pasien Dinyatakan Sembuh, Wali Kota Bekasi Ungkap Daerah Asal