Temukan Bukti Konspirasi Covid-19, Jerinx: RS di Luar Negeri Kosong, Kata Teman Saya

- 7 Mei 2020, 14:57 WIB
JERINX SID
JERINX SID /Twitter

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona atau Covid-19 yang kini telah ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia WHO belum juga usai.

Worldometer mencatat lebih dari 3,7 juta kasus virus corona di dunia dengan jumlah kematian lebih dari 250.000 orang. Mirisnya, kasus kematian bukan hanya terjadi pada pasien, tapi juga pada tenaga medis.

Dunia jelas tidak baik-baik saja, Indonesia juga demikian, data per Rabu 6 Mei 2020 mencatat ada 12.438 kasus virus corona dengan jumlah kematian 895 orang.

Kendati ratusan kematian itu nyata adanya, sejumlah teori konspirasi yang disuarakan oleh masyarakat Indonesia sendiri atau orang-orang dari negara maju seperti Amerika Serikat maupun Eropa tetap ada.

Baca Juga: Ilmuwan Jerman Temukan Antibodi yang Cocok untuk Memblokir Virus Corona Lebih Jauh 

Terkait teori konspirasi, seniman asal Bali I Gede Ari Astina, atau akrab disapa bung Jerinx dari Superman Is Dead mengaku percaya bahwa Covid-19 yang telah menewaskan ratusan orang di Indonesia sebetulnya tidak ada.

Jerinx menganggap virus tersebut hanya rekayasa kaum elite global, salah satu elite global yang sering disebutkannya adalah pemilik Microsoft Bill Gates.

Salah satu hal yang membuat Jerinx percaya betul bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi adalah karena terlalu banyak kebetulan sehingga bisa dikatakan sebagai konspirasi.

Salah satu kebetulan yang dia umpamakan adalah serial tentang pandemi di Netflix yang dibuat oleh Bill & Melinda Gates Foundation bersamaan dengan pandemi yang terjadi di dunia nyata.

Baca Juga: Garuda Indonesia Kembali Layani Penerbangan, Calon Penumpang Diminta Lengkapi Persyaratan 

Tak sendirian, Jerinx mengatakan bahwa orang-orang pintar seperti mantan Menteri Kesehatan Indonesia, Siti Fadilah Supari juga percaya bahwa Covid-19 hanyalah sebuah konspirasi elite global.

Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Jerinx dari koleganya di London, California, Australia, dan Italia, dia mengatakan bahwa rumah sakit di luar negeri nyatanya kosong, kehidupan di sana juga normal.

"Semua mainstream media mengabarkan hal yang tidak sebenarnya, di sana sebenernya biasa aja, normal, rumah sakit sepi," kata Jerinx sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-bekasi.com dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV pada Rabu, 6 Mei 2020.

Padahal, menurut laporan Reuters dan media internasional lainnya, rumah sakit di Amerika Serikat dan Eropa dipenuhi oleh tenaga medis menggunakan APD.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Video Penampakan Kuntilanak di Rumah Sakit Galang Batam, Simak Faktanya 

Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan bahwa dalam kondisi saat ini, seluruh rumah sakit di Eropa siaga menangani pasien Covid-19, bukan hanya rumah sakit rujukan.

Terkait kekosongan rumah sakit ini, Jerinx menekankan bahwa media asing seperti Reuters, termasuk media televisi di sana tidak selalu melaporkan kebenaran.

"Banyak yang kosong, tapi berita yang diangkat media internasional itu rumah sakit yang kebetulan lagi penuh, dan ada banyak bukti footage-footage yang dipakai di rumah sakit Italia, rumah sakit di Amerika itu, footagenya sama semua gambarnya," ujar Jerinx.

"Footage itu diambil dari rumah sakit di kota yang sedang mengalami kerusuhan," tuturnya.

Baca Juga: Demi Kuliah Online, Mahasiswa di Makassar Terpaksa Mendaki Gunung demi Mendapatkan Sinyal 

Sementara itu, dalam kasus rumah sakit di Indonesia, Hermawan membenarkan jika rumah sakit mengalami kekosongan, sebab dari tahun ke tahun data menunjukkan bahwa setiap bulan Ramadhan, rumah sakit memiliki tren penurunan pasien.

Bukan hanya itu, faktor lain dari adanya kekosongan rumah sakit di Indonesia adakah karena saat ini, pasien yang memiliki gejala ringan memilih untuk tidak pergi ke rumah sakit sebab khawatir terpapar virus corona.

"Pada awalnya, tidak semua rumah sakit itu menangani Covid-19, tetapi semakin banyak, semakin tinggi kasusnya maka kapasitas rumah sakitnya dibenahi, dan akhirnya semua rumah sakit di Eropa siaga untuk Covid-19," kata Hermawan.

Hingga kini, Jerinx mengaku bahwa para tenaga medis yang gugur telah kehilangan nyawanya, bukan disebabkan oleh Covid-19, tetapi disebabkan oleh berbagai faktor, seperti penyakit bawaan dan usia.***

Editor: M Bayu Pratama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x