Penetapan Awal Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H Masih Didebatkan, Pakar Peneliti BRIN Buka Suara

- 10 Maret 2023, 10:41 WIB
Ilustrasi. Bulan Ramadhan 1444 H sebentar lagi akan tiba, namun penetapan untuk awal tanggalnya di Indonesia masih dalam perdebatan hangat. Simak penjelasan dari Pakar Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN berikut ini.
Ilustrasi. Bulan Ramadhan 1444 H sebentar lagi akan tiba, namun penetapan untuk awal tanggalnya di Indonesia masih dalam perdebatan hangat. Simak penjelasan dari Pakar Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN berikut ini. /Pexels/Rayn L

PATRIOT BEKASI - Tak terasa, pada akhir Maret 2023 mendatang atau sebentar lagi umat Islam akan mulai memasuki Bulan Ramadhan 1444 H.

Namun, kapan akan tanggal resminya kaum Muslim di Indonesia untuk menjalankan ibadah puasa hingga kini masih dalam perdebatan.

Perdebatan tersebut, bukan semerta-merta dikarenakan metode hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), melainkan banyaknya perbedaan kriteria.

Melansir dari situs BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), perbedaan kriteria yang dimaksud adalah Wujudul Hilal yang digunakan Muhammadiyah, dengan Imkan Rukyat yang dipakai oleh NU (Nahdlatul Ulama).

Baca Juga: 10 Kata-kata Mutiara Menyambut Ramadhan 2023 1444 H, Cocok Dijadikan Caption Sosial Media

Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa penentuan awal Bulan Ramadhan yakni memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama.

"Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan adanya keliru, namun hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria," tuturnya dalam kegiataan 'BRIN Insight Every'.

Menurut Thomas, kriteria hilal yang diadopsi adalah berdasarkan pada hukum agama tentang awal bulan dan melalui hasil kajian astronomis yang sahih.

Lebih lanjut kata Thomas, kriteria tersebut juga harus mengupayakan titik temu dari pengamal hisab maupun rukyat, demi mendapatkan kesepakatan bersama.

Baca Juga: Kampung Arab Tuban akan Gelar Bazaar Kutorejo Menyambut Ramadhan, Segera Daftarkan Diri Gratis

Dalam hal ini, tentunya juga termasuk MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura) yang akan terlibat.

Kendati demikian, pakar peneliti itu juga optimis akan adanya potensi kesamaan untuk penentuan awal Bulan Ramadhan 1444 H.

Tampilan peta statistik Indonesia yang menunjukkan garis tanggal kriteria baru MABIMS, untuk penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H.
Tampilan peta statistik Indonesia yang menunjukkan garis tanggal kriteria baru MABIMS, untuk penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H. brin.go.id

"Apabila pada 22 Maret waktu Maghrib di Indonesia sudah terlihat posisi Bulan yang memenuhi kriteria Wujudul Hilal dan MABIMS, dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat," jelas Thomas.

"Maka 1 Ramadhan 1444 H ditetapkan jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023," sambungnya.

Tetapi di sisi lain, Thomas juga tidak menutup kemungkinan akan berpotensi terjadinya perbedaan terkait tanggal lebaran Idul Fitri 1444 H.

Baca Juga: Jelang Perempat Final Liga Champions UEFA, Bayern Munich Tumbangkan PSG

Sebab, pada 20 April 2023 mendatang saat waktu Maghrib, posisi Bulan di Indonesia dikatakan berpotensi belum memenuhi kriteria baru MABIMS.

Namun, malah sudah memenuhi kriteria Wujudul Hilal sehingga memiliki potensi terjadinya perbedaan tanggal penetapan untuk Idul Fitri 1444 H.

Misalnya, Idul Fitri 1444 H versi kriteria Wujudul Hilal ditetapkan pada 21 April 2023, sedangkan menurut kriteria MABIMS yakni jatuh pada 22 April 2023.

Thomas menambahkan, penyebab utama terjadinya perbedaan kriteria yang terus berulang hingga kini, karena belum disepakatinya penentuan awal Bulan Hijriyah.

Baca Juga: Urutan Guru Terbaik di One Piece, Muridnya Kini Menjadi Orang-orang Terkuat di Lautan

"Prasyarat utama untuk terwujudnya kalender Hijriyah, yakni harus ada otoritas tunggal. Itu akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama," tegasnya.

Sedangkan kondisi pada saat ini, otoritas tunggal memang harapannya untuk diwujudkan terlebih dahulu di tingkat nasional maupun regional.

Dengan besar kemungkinannya, maka penentuan awal bulan tersebut ke depannya akan selalu mengacu pada batas wilayah di Tanah Air.

"Kriteria diupayakan untuk disepakati bersama, sebagai satu wilayah hukum sesuai batas kedaulatan negara," pungkas Thomas.***

Editor: M Hafni Ali


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x