Kendati demikian, pada sejumlah tempat atau lokasi tertentu diklaim bahwa Piringan Bulan itu nantinya juga bisa diamati secara penuh, yang sama halnya dengan Piringan Matahari.
"Akibatnya, saat terjadi puncak Gerhana di suatu tempat tertentu, maka Matahari akan tampak seperti cincin. Yaitu menjadi gelap di bagian tengahnya dan terang pada sisi pinggirnya," ujarnya.
"Sedangkan di suatu tempat tertentu lainnya, tampak Matahari seakan-akan tertutupi oleh Bulan," sambungnya.
Diketahui Gerhana Matahari Hibrid terdiri dari dua tipe, diantaranya yaitu Gerhana Matahari Cincin dan Gerhana Matahari Total.
Baca Juga: Kontroversi Pajak Hantui Kim Jaejoong: Dipaksa Bayar 100 Juta Won karena Perbedaan Interpretasi UU
Lebih lanjut kata Suko, Gerhana Matahari Hibrid juga terdapat tiga bayangan Bulan yang terbentuk, yakni Penumbra, Umbra dan Antumbra.
Untuk wilayah yang terlewati Antumbra, yaitu fenomena Gerhana yang terlihat menyerupai bentuk cincin.
Sementara di wilayah yang terkena Penumbra, ialah momen Gerhana yang teramati berupa bentuk sebagiannya saja.
"Kemudian di daerah tertentu lainnya yang dilalui Umbra, yakni Gerhana yang terbentuk secara total dan menyeluruh," paparnya.
Suko menambahkan, pada 2023 ini diprediksi akan terjadinya fenomena Gerhana yang dapat diamati di Indonesia sebanyak empat kali.