PR BEKASI - Dosen Fakultas Hukum Universitas Monash Australia Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir turut menyoroti kehebohan aturan siswi non muslim dipaksa mengenakan jilbab di SMKN 2 Padang, Sumatera Barat.
Sebagaimana diketahui, publik Indonesia dihebohkan oleh video yang menampilkan adanya pemaksaan aturan mengenakan jilbab untuk siswi non Muslim SMKN 2 Padang itu.
Menanggapi kehebohan tersebut, Cendekiawan Nahdlatul Ulama (NU) Gus Nadir membandingkan reaksi masyarakat terhadap aturan pemaksaan mengenakan jilbab dengan aturan pemaksaan berambut rapi.
Menurutnya, ada perbedaan sikap masyarakat terhadap aturan pemaksaan siswa sekolah berambut rapi.
Baca Juga: Habib Sebut Film 'Tanda Tanya' Singgung Umat Islam, Hanung Bramantyo: Saya Paham, Saya Hanya Diam
"Kalian itu heboh pas siswi non Muslim dipaksa pakai jilbab. Tapi, kalian diam saja ketika siswa dipaksa tidak boleh gondrong," tutur Gus Nadir dalam akun Twitter-nya, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com pada Sabtu, 23 Januari 2021.
Kalian itu heboh pas siswi non-muslim dipaksa pakai jilbab.
Tapi kalian diam saja ketika siswa dipaksa tidak boleh gondrong, bahkan kena hukuman digundulin. Kenapa kalian tidak bersikap pada pemaksaan “Maman-isme” siswa semacam ini?
Gak usah dicc-in ke orangnya!— Khazanah GNH (@na_dirs) January 22, 2021
Gus Nadir mengungkap, perbedaan sikap tersebut bahkan pada titik yang ekstrem yakni pemberian hukuman kepada siswa yang berambut gondrong.
"Bahkan kena hukuman digundulin," kata Gus Nadir.
Perbedaan sikap tersebut dipertanyakan oleh Gus Nadir, mengingat kedua aturan tersebut sama-sama melanggar hak warga untuk memperoleh pendidikan.
Editor: Puji Fauziah