Lagu Penderitaan Rakyat Hingga Resmi Dilarang, Berikut Tiga Fakta dari Lagu ‘Genjer-genjer’ Mars PKI

- 28 September 2020, 17:14 WIB
Cover Film G30S/PKI dan lagu Genjer-genjer.
Cover Film G30S/PKI dan lagu Genjer-genjer. /Istimewa

PR BEKASI - Akhir September identik dengan peristiwa G30S/PKI yang menimbulkan luka hingga saat ini bagi masyarakat Indonesia.

Salah satu yang identik dengan gerakan PKI adalah lagu Genjer yang kini telah dilarang di Indonesia. Namun faktanya lagu tersebut justru memiliki makna yang berbeda.

"Génjér-génjér nong kedokan pating kelélér, Emaké thulik teka-teka mbubuti génjér (Genjer-genjer di petak sawah berhamparan, Ibu si bocah datang mencabuti genjer)."

Baca Juga: Jawab Telak Tuduhan PM Vanuatu di Sidang PBB, Berikut 5 Pernyataan Menohok Sylvany Austin Pasaribu 

Itulah penggalan syair dari lagu Genjer yang kerap dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Lagu Genjer sendiri merupakan lagu bahasa Osing (bahasa daerah Banyuwangi) yang diciptakan tahun 1940 dan cukup popular di masanya.

Pasalnya syair lagu “Genjer-Genjer” merupakan lagu untuk menyindir penjajah pada masa pendudukan Jepang di Indonesia serta menggambarkan kondisi rakyat yang semakin sesangsara dibanding sebelumnya.

Bahkan ‘genjer’ tanaman gulma yang tumbuh di rawa-rawa dan biasanya dikonsumsi itik pada saat itu menjadi santapan yang lezat ketika masyarakat tidak mampu membeli daging.

Lantas bagaimana lagu yang pada awalnya lagu yang merupakan sindiran bagi penjajahan Jepang, berakhir menjadi lagu yang identik dengan PKI?

Baca Juga: Liga 1 Kembali Bergulir Akhir Pekan Ini, Supardi Nasir Minta 'Sesuatu' ke Pemain Persib Bandung 

Halaman:

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x