Avatar Jadi 'Korban Pemerkosaan Virtual' di Metaverse, Seorang Wanita Alami Trauma

- 4 Februari 2022, 20:33 WIB
Seorang wanita asal Inggris mengaku menjadi korban pemerkosaan di metaverse saat bermain game virtual.
Seorang wanita asal Inggris mengaku menjadi korban pemerkosaan di metaverse saat bermain game virtual. /Pixabay/Tumisu /

PR BEKASI – Seorang wanita asal Inggris telah mengaku menjadi korban pemerkosaan di metaverse secara beramai-ramai.  

Diketahui, peristiwa tersebut terjadi saat Nina Jane Patel yang berbasis di London, Inggris tengah bermain game virtual di media sosial Meta bernama Horizon Worlds. 

Wanita berusia 43 tahun tersebut mengaku tidak berdaya saat menyaksikan karakter avatar miliknya dalam game virtual tersebut, menjadi korban pemerkosaan oleh sekelompok avatar pria.

“Setelah kurang lebih bergabung selama semenit dalam game tersebut, saya mendapatkan pelecehan seksual oleh tiga sampai empat avatar dengan suara laki-laki. Pada dasarnya mereka melakukan pemerkosaan pada avatar saya,” katanya. 

Baca Juga: 10 Rekomendasi Hadiah Valentine untuk Pacar atau Istri, Buat Hubungan Lebih Bermakna di Hari Kasih Sayang

Saat peristiwa itu terjadi, Patel mengaku bahwa dirinya mencoba untuk melarikan diri dari game virtual tersebut. 

Namun, para pelaku pemerkosaan malah menahannya dan memberikan sejumlah instruksi dengan kata-kata yang tidak pantas 

“Ketika saya mencoba melarikan diri mereka berteriak 'jangan berpura-pura Anda tidak menyukainya' dan 'gosokkan diri Anda ke foto itu,'” katanya. 

Ia mengaku mengalami trauma setelah menjadi korban pelecehan seksual di metaverse. 

Baca Juga: Game Senran Kagura dan Hyperdimension Neptunia Akan Rilis di 3 Negara pada Maret dan April 2022

“Pengalaman mengerikan yang terjadi begitu cepat dan bahkan sebelum saya sempat berpikir untuk memasang pagar pengaman. Saya membeku. Itu adalah mimpi buruk,” tuturnya. 

Dengan Metaverse yang direncanakan menjadi hal besar berikutnya, Patel berharap pelecehan seksual di dunia maya ini akan ditangani. 

Pengguna yang memasuki metaverse dapat mengalami lokasi tanpa benar-benar berada di sana dan merasa seperti sedang berinteraksi tatap muka dengan orang-orang, yang mungkin bermil-mil jauhnya.  

Sementara industri game dan hiburan memiliki peluang tak terbatas, industri lain juga mencoba untuk ikut-ikutan virtual metaverse.  

Baca Juga: Jawab Tudingan Tak Pernah Hadir Rapat Kabinet, Sandiaga Uno: Bisa Dipecat Gue

“Metaverse saat ini sedang dirancang agar pikiran dan tubuh tidak dapat membedakan dunia virtual dan dunia nyata," ucap Patel.  

Ini membuat respons fisiologis dan psikologisnya terhadap pelecehan seksual, yang sebenarnya seolah-olah itu terjadi dalam kenyataan. 

Patel juga menjelaskan efek Proteus, di mana avatar digital atau persona online seseorang mempengaruhi perilaku mereka.  

Efek Proteus sendiri merupakan kecenderungan orang untuk terpengaruh oleh representasi digital mereka, seperti avatar, profil situs kencan, dan persona jejaring sosial lainnya. 

Baca Juga: Shio Kerbau: Kepribadian, Jodoh yang Cocok hingga Peruntungan dalam Hidup

Patel diketahui membagikan pengalaman buruknya tersebut di situs blog pribadinya Januari lalu. 

Namun, pengalaman mengerikan itu dilaporkan tidak mendapat cukup perhatian ketika pertama kali diunggah olehnya. 

Pengalaman Patel tersebut kemudian baru mendapatkan tanggapan dari pihak Meta beberapa waktu lalu. 

Juru bicara Meta, Joe Osborne menyatakan pihaknya meminta maaf atas kasus pemerkosaan metaverse yang menimpa Patel 

“Kami menyesal mendengar ini terjadi. Kami ingin semua orang di Horizon Venues mendapatkan pengalaman positif. Saat ini kami sedang menyelidiki dan mengambil tindakan terkait kasus ini,” katanya. 

“Kami akan terus melakukan peningkatan saat kami mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana orang berinteraksi di metaverse,” tutupnya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari International Business Times, Jumat, 4 Februari 2022.***

Editor: Gita Pratiwi

Sumber: International Business times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah