Gagal Jual TikTok di Amerika Serikat, ByteDance Pilih Gandeng Oracle

- 15 September 2020, 06:41 WIB
ILUSTRASI logo aplikasi Tiktok dan bendera Amerika Serikat serta Tiongkok..
ILUSTRASI logo aplikasi Tiktok dan bendera Amerika Serikat serta Tiongkok.. /Brookings Institution

PR BEKASI – ByteDance dikabarkan batal menjual operasi TikTok di Amerika Serikat pada Senin, 14 September 2020.
 
Perusahaan asal negeri tirai bambu tersebut lebih memilih untuk bermitra dengan Oracle, yang diharapkan dapat menghindarkan dari larangan AS sambil menenangkan Tiongkok.
 
Dikabarkan para pejabat AS khawatir informasi pengguna dapat diteruskan ke pemerintah Tiongkok karena semakin terkenalnya TikTok di kalangan remaja negeri paman sam.
 
TikTok, yang memiliki 100 juta pengguna di AS, mengatakan tidak pernah membagikan data seperti itu dengan otoritas Tiongkok.

Baca Juga: Sektor Penerbangan Tergerus Covid-19, Inaca: Sebabkan Pertumbuhan Ekonomi Turun hingga 10 Persen

Negosiasi penjualan dibatalkan ketika Tiongkok memperbarui aturan kontrol ekspornya bulan lalu, yang berpengaruh pada transfer algoritma TikTok ke pembeli asing.
 
Akhir pekan lalu, dilaporkan Tiongkok lebih memilih TikTok ditutup di AS daripada mengizinkan penjualan paksa.
 
Saluran televisi Inggris milik pemerintah Tiongkok CGTN, Senin, 14 September 2020 mengutip sumber yang mengatakan ByteDance tidak akan menjual operasi TikTok AS ke Oracle atau Microsoft.

Menurut seorang sumber pada Minggu, 13 September 2020, di bawah proposal terbaru ByteDance, Oracle akan menjadi mitra teknologi perusahaan dan mengambil alih pengelolaan data pengguna TikTok di AS.
 
Oracle juga sedang bernegosiasi untuk mengambil saham dalam operasi TikTok di AS, menurut sumber.

Baca Juga: Jokowi Respons Kebijakan Anies Baswedan, Rupiah Menguat di Penutupan Sore Hari

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari situs berita Antara, data TikTok saat ini disimpan di Google cloud.
 
Beberapa investor teratas ByteDance, termasuk General Atlantic dan Sequoia, juga akan diberikan saham minoritas dalam operasi tersebut, kata salah seorang sumber.
 
Belum diketahui apakah Donald Trump, yang menginginkan perusahaan teknologi AS untuk memiliki sebagian besar TikTok di Amerika Serikat, akan menyetujui kesepakatan itu.
 
Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) yang meninjau kesepakatan untuk risiko keamanan nasional, mengawasi pembicaraan antara ByteDance-Oracle.

Baca Juga: Jokowi Respons Kebijakan Anies Baswedan, Rupiah Menguat di Penutupan Sore Hari

Pengacara di sektor regulasi, John Kabealo mengatakan perlindungan data pengguna dan jaminan seputar bagaimana algoritma perusahaan mendorong konten ke pengguna AS adalah komponen penting dari solusi substantive.
 
“Tetapi apakah mereka dapat mengubah hasil politik adalah pertanyaan yang jauh lebih sulit," katanya yang tidak terlibat dalam pembicaraan.
 
Sementara itu, pimpinan Oracle, Larry Ellison adalah salah satu dari sedikit pendukung Donald Trump di dunia teknologi.
 
Perusahaannya memiliki proses teknologi yang signifikan dalam menangani dan melindungi data, namun tidak ada pengalaman bekerja sama dengan media sosial sebab klien Oracle adalah perusahaan, bukan konsumen.

Baca Juga: Jokowi Respons Kebijakan Anies Baswedan, Rupiah Menguat di Penutupan Sore Hari 

Sebelumnya, Microsoft mengatakan ByteDance telah memberi tahu bahwa tidak akan menjual operasi TikTok di AS kepada raksasa perangkat lunak tersebut. Aplikasi lain,Walmart, yang telah bergabung dengan tawaran Microsoft.
 
Mereka mengatakan masih tertarik untuk berinvestasi  dan akan berbicara lebih lanjut dengan ByteDance dan pihak lain.
 
"Ini adalah berita buruk bagi Walmart lebih dari siapa pun," ujar profesor investasi dari Peking University, Jeffery Towson.
 
"Menggabungkan hiburan TikTok dan keterlibatan pengguna dengan platform e-commerce adalah cara terbaik untuk mengejar ketinggalan dengan Amazon,” tambahnya.

Baca Juga: Ridwan Kamil Imbau Warga Jakarta Jangan Pergi Berwisata ke Jawa Barat Selama Masa PSBB 

Ketika hubungan Tiongkok-AS memburuk karena peradangan, otonomi Hong Kong, keamanan siber dan penyebaran virus corona, TikTok muncul sebagai titik baru.
 
Donald Trump menandatangani dua perintah eksekutif bulan lalu yang menargetkan TikTok dan ByteDance.
 
Pertama, efektif pada 20 September 2020, AS melarang perusahaan AS bertransaksi dengan ByteDance. Kedua, meminta ByteDance untuk menjual TikTok paling lambat 12 November.
 
Jika Trump menyetujui kesepakatan Oracle yang diusulkan ByteDance, dia harus membatalkan perintahnya.

Baca Juga: Prediksi dan Link Live Streaming Brighton vs Chelsea Selasa 15 September 2020, Pembuktian Skuat Baru

Sebanyak 40 persen orang Amerika Serikat mendukung ancaman Trump untuk memblokir TikTok jika tidak dijual ke perusahaan AS, menurut hasil jajak pendapat nasional oleh Reuters pada bulan lalu.
 
Di antara anggota Partai Republik yang menaungi Donald  Trump, sebanyak 69 persen mengatakan mereka mendukung perintah tersebut, meskipun hanya 32 persen yang mengaku familiar dengan aplikasi tersebut.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x