PR BEKASI - Politisi PDI Perjuangan Krisdayanti menyatakan rasa mirisnya terkait bantuan sosial (bansos) yang diberikan pada rakyat selama pandemi.
Hal yang membuat miris Krisdayanti adalah penerimaan bansos kepada masyarakat kurang tepat sasaran.
Selain itu, Krisdayanti juga merasa miris dan dilema dengan masa PPKM ini, di mana seharusnya masyarakat lebih berkonsentrasi pada kesehatan mereka.
Terlebih dia sebagai anggota Komisi IX yang membidangi kesehatan masyarakat, maka sudah tentu perspektif tersebut didahulukannya.
"Jadi memang Presiden meminta hal yang paling sederhana, kita tinggal di rumah deh," katanya.
Dia pun mengingatkan akan adanya pasien di rumah sakit yang masih dalam kondisi kritis.
Di mana para pasien tersebut dalam keadaan susah menarik nafas dan meregang nyawa.
"Memang Covid-19 ini menjadi masalah global untuk seluruh kepemimpinan di dunia," tuturnya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Rabu, 15 September 2021.
"Nggak ada satu negara hebat pun di seluruh dunia yang mampu. Bayangin seorang Presiden Amerika pun belum tentu bisa," sambungnya.
Sementara itu, terkait dengan masa PPKM di mana warga juga perlu memenuhi kebutuhannya.
Baca Juga: Alvin Faiz Bantah Nafkahi Anak Hanya Rp3 Juta per Bulan: Nauzubillah Fitnah Apalagi Ini?
Ibu Aurel Hermansyah ini mengatakan pihaknya sudah berbicara langsung dengan Menteri Tenaga Kerja.
Menurutnya, harus dilakukan pemutakhiran data bansos bagi masyarakat tersebut.
"Lalu juga bahwa bantuan langsung tunai ini juga bisa diberikan kepada pekerja yang gajinya di bawah lima juta itu juga diupayakan," ucapnya.
Namun, dia menegaskan harus benar-benar ada pemutakhiran data.
Pasalnya, dia merasa miris dengan rumah-rumah di sekitar Menteng yang masih menerima bansos.
"Itu sahabat saya, rumahnya Ibu Dewi Motik itu masih terima bansos loh dua kresek," katanya.
Sebab itu, menurutnya perlu kerjasama antara Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sosial.
Kedua lembaga pemerintah itu harus menjalin sinergi untuk pemutakhiran data.
"Ini akan terus menjadi satu gesekan, mau sampai kapan pemutakhiran data bisa dibuat baru," ujarnya.
"Belum terselesaikan juga (pemutakhiran data)," tandas Krisdayanti.***