Jadi Saksi Tragedi 1998, dr. Tirta: Dulu Susah Buat Gue Kumpul Sama Orang Pribumi, Dianggap China

- 3 Januari 2021, 18:53 WIB
dr. Tirta.
dr. Tirta. /Instagram/@dr.tirta

PR BEKASI - Dokter sekaligus influencer kesehatan Tirta Mandira Hudi atau yang akrab disapa dr. Tirta, menceritakan mengenai kisah masa kecilnya yang kurang perhatian dari orang tua hingga menyaksikan tragedi 1998.

Meskipun begitu, ia tidak menyalahkan kedua orang tuanya karena tanpa kerja keras orang tua ia tidak akan bisa sekolah.

"Bokap nyokap gue itu kerja over time dari jam 7 sampe jam 7 supaya gue bisa sekolah, jadi gue ditinggal sendiri dari umur 7 tahun," ujarnya.

Baca Juga: Distribusikan 3 Juta Vaksin Sinovac ke 34 Provinsi, Bio Farma Pastikan Rantai Dinginnya Terjaga

"Ya jelas dari kecil gue sendiri terus tapi gue nggak nyalahin bokap nyokap karena kalo bokat nyokap gue nggak kaya gitu gue nggak bisa sekolah," sambungnya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari video yang diunggah kanal Youtube CURHAT BANG Denny Sumargo, Minggu, 3 Januari 2021.

dr. Tirta menuturkan bahwa dulu kehadirannya pernah ditolak di mana-mana karena mempunyai ras campuran antara Jawa dan China.

"Saat itu di Solo rasialisme masih tinggi, susah buat gue kumpul sama orang pribumi dianggap China, apalagi kalo gue kumpul sama orang China malah dianggap orang kampung, susah," katanya.

Baca Juga: Pemerintah Tidak Anti-Islam Meski Bubarkan FPI, PBNU: Masih Banyak Organisasi Islam yang Tetap Jalan

Apalagi dulu, kata dr.Tirta, saat 1998 itu kondisinya tambah parah ibunya yang mempunyai keturunan China diberi pilihan oleh perusuh untuk mati loncat atau dibakar.

Halaman:

Editor: Ikbal Tawakal

Sumber: YouTube Denny Sumargo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x