"Biasanya kan kalau kita kurban itu transfer, lihat sapinya lewat foto, datang sapinya elus-elus, udah gitu. Kalau sekarang itu benar-benar pakai rasa, pakai sayang, karena ikut mengurus," kata Irfan Hakim.
"Jadi ketika penyembelihan itu nangis banget, kayak ngebayangin Nabi Ibrahim diharuskan untuk menyembelih Ismail, anak tercinta, yang ditunggu-tunggu, yang disayangi. Karena ketaatan akhirnya dia lakukan," sambungnya.
Irfan Hakim mengatakan, meski memang tak bisa dibandingkan antara anak dan sapi, tapi Grandong adalah sapi yang benar-benar dia sayangi.
"Nah, ini gak bisa dibandingkan sih antara anak dengan binatang. Tapi Grandong itu benar-benar sapi yang saya sayangi, tiba-tiba saya jatuh cinta," kata Irfan Hakim.
"Akhirnya karena ketaatan, karena niatnya juga untuk kurban, ya udah mau gak mau harus kurban, ya udah pecah nangis saat itu," sambungnya.
Merasa Grandong adalah kurban terbaik dalam hidupnya, Irfan Hakim pun sangat menyayangkan ketika banyak yang menuduhnya ria di media sosial.
Baca Juga: Rizal Ramli Minta Indonesia Lockdown: Cara Lain Bertele-tele, Hanya Gonta-ganti Istilah, Biaya Mahal
"Tapi ya ada aja yang ngomong katanya berkurban kok di-posting-posting. Jadi kali ini saya mau ngomong kenapa saya posting, supaya apa yang saya rasa bisa dirasakan juga, apa yang saya alami bisa dialami juga," tutur Irfan Hakim.
Meski banyak yang mengkritiknya dan menuduhnya macam-macam, Irfan Hakim tetap bersyukur karena kisah Grandong yang dia bagikan juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berkurban di tahun depan.