Salman kemudian menerbitkan novel pertamanya yang berjudul Grimus pada tahun 1975.
Baca Juga: One Piece Film Red Segera Rilis di Indonesia, Berikut Jadwal dan Lokasi Nobar Filmnya
Lalu pada tahun 1981, dia mendapatkan kepopulerannya sebagai novelis ketika ia menerbitkan Midnight's Children, bercerita sebuah dongeng tentang India Modern.
Pada tahun 1983, novel Shame rilis, berdasarkan politik kontemporer di Pakistan, juga populer. Tetapi novel keempat Rushdie, Ayat-Ayat Setan mendapat sambutan yang berbeda.
Dalam beberapa narasi cerita dalam buku ini, dia menggambarkan seorang tokoh bernama Mahound yang dimodelkan pada sosok Nabi Muhammad.
Dia juga mengkritik dan menyerang inti kepercayaan umat muslim, salah satunya mengenai wahyu dan kerasulan Muhammad.
Buku tersebut menuai kritik dari para pemimpin komunitas Muslim di Inggris, yang mengecam novel itu sebagai penghujatan terhadap kaum muslim.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini dan Virgo pada 15 Agustus 2022: Saatnya untuk Istirahat dari Hubungan Ini
Demo besar-besaran terhadap Salman Rushdie menyebar ke negara-negara berpenduduk Muslim, termasuk Pakistan dan Iran.
Sejumlah penerjemah buku Ayat-Ayat Setan di negara lain, mengalami nasib naas, seperti yang dialami penerjemah asal Italia, bernama Ettoro Capriola yang mengalami penikaman berkali-kali di Milan, pasca ia menerjemahkan karya Rushdie tersebut, pada tahun 1991.