Jaga Jarak dengan Hewan Peliharaan! Peneliti Sebut 15 Persen Kucing Terinfeksi Covid-19 Tanpa Gejala

10 September 2020, 19:44 WIB
Ilustrasi Kucing. /

 

PR BEKASI – Sebuah penelitian di Tiongkok menemukan sebanyak 15 persen hewan peliharaan di Wuhan terinfeksi Virus Corona.

Temuan ini muncul ketika para peneliti mencoba dan mencari tahu mengenai risiko apa yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2, terhadap hewan peliharaan, yang menyebabkan kondisi hiperinflamasi MIS-C pada anak-anak.

Pada Januari sampai Maret diambil sekitar 100 sampel darah kucing di Tiongkok di mana sampel tersebut diambil dari hewan peliharaan yang kemungkinan tertular virus COVID-19.

Baca Juga: Lowongan Kerja September 2020: PT Pertamina Bina Media Buka Kesempatan untuk Posisi, Ini Syaratnya

Peneliti juga menyarankan agar pasien COVID-19 harus mengarantina diri dan menjauh dari hewan peliharaannya, seperti kucing dan anjing, untuk mencegah penyebaran virus.

Dari penelitian ini, tidak ada satu pun kucing yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang menunjukkan gejala, namun virus itu diyakini bisa mematikan hewan peliharaan.

Menurut catatan publik di Amerika Serikat, hanya ada 17 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi pada kucing peliharaan.

Baca Juga: Joko Widodo Sebut Olahraga Jadi Pendongkrak Ekonomi Nasional dan Mengembangkan ‘Sport Tourism’

Peneliti dari Universitas Pertanian Huazhong mendapat sebuah temuan baru di Wuhan yang menunjukkan tingkat infeksi pada hewan peliharaan kemungkinan jauh lebih tinggi.

Total sampel darah diambil dari sebanyak 141 kucing, di mana 102 sampel diambil setelah ada wabah COVID-19 dan 39 diambil sebelum wabah muncul.

Dari 102 sampel yang diambil, 46 kucing berasal dari tiga penampungan hewan, 41 berasal dari lima rumah sakit hewan, dan 15 berasal dari rumah tangga dimana setidaknya ada satu anggota keluarga yang diketahui mengidap COVID-19.

Baca Juga: Dubes Turki Sebut Tidak Termasuk dalam 59 Negara yang Larang WNI Masuk ke Negaranya

Antibodi COVID-19 ditemukan pada 15 kucing (14.7 persen) dan sebanyak 11 kucing (10.8 persen) memiliki antibodi penetral SARS-CoV-2.

Tiga kucing yang memiliki antibodi paling banyak terhadap virus, pemiliknya adalah manusia yang mengidap COVID-19.

Peneliti menyebutkan penelitian ini bersifat observasional, sehingga belum bisa membuktikan secara pasti apakah kucing bisa menginfeksi manusia, atau sebaliknya.

Baca Juga: Pakai Masker Sembarangan Bisa Tidak Optimal Cegah Covid-19, Berikut Contoh Pemakaian yang Salah

Akan tetapi, peneliti menemukan bahwa virus COVID-19 dapat ditularkan di antara kucing melalui tetesan pernapasan. Diperlukan penelitian lebih lanjut apakah hal ini bisa menyebarkan virus antar spesies atau tidak.

“Tindakan yang harus dipertimbangkan untuk menjaga jarak yang sesuai antara pasien COVID-19 dengan hewan peliharaan seperti kucing dan anjing, serta tindakan kebersihan dan karantina juga harus dilakukan untuk hewan berisiko tinggi tersebut,” ucap Meilin Jin, yang merupakan penulis utama dari penelitian tersebut, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Daily Mail.

Para peneliti yakin bahwa kucing-kucing itu tertular dari manusia yang terinfeksi virus COVID-19.

Baca Juga: Bekerja Sama dengan Beberapa Radio, Pemkot Bekasi Lakukan Penyebarluasan Informasi secara On Air

“Meskipun infeksi pada kucing liar belum sepenuhnya dipahami, hal yang masuk akal jika ada spekulasi bahwa infeksi ini mungkin disebabkan oleh kontak dengan lingkungan yang tercemar SARS-CoV-2 atau pasien COVID-19 yang memberi makan kucing,” tulis para peneliti dalam makalahnya yang diterbitkan di jurnal Emerging Microbes and Infections.

Hewan memang kemungkinan bisa melawan virus, namun mereka berpotensi untuk terkena infeksi ulang.

Baca Juga: Ketua Karang Taruna Kecamatan Bojongmangu Apresiasi Kinerja Gugus Tugas COVID-19 Kabupaten Bekasi

Adanya kesamaan respon antara kucing dengan manusia terhadap virus ini, maka para peneliti mempelajari bahwa SARS-CoV-2 pada kucing bisa membantu peneliti lebih memahami mengenai respon kekebalan manusia terhadap infeksi.

“Kami menyarankan bahwa kucing memiliki potensi besar sebagai model untuk menilai karakteristik antibodi terhadap SARS-CoV-2 pada manusia,” tambah para peneliti.***

Editor: Puji Fauziah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler