Hilangnya Indra Penciuman ‘Anosmia’ Resmi Jadi Gejala Covid-19, Peneliti Ungkap Faktanya

- 30 September 2020, 20:47 WIB
Ilustrasi kehilangan penciuman.
Ilustrasi kehilangan penciuman. /

PR BEKASI – Suhu badan yang tinggi serta batuk kering yang terjadi terus-menerus merupakan dua gejala utama yang telah umum menjadi penanda dari Covid-19.

Namun, penelitian lebih lanjut dari National Health Service (NHS) mengumumkan bahwa kehilangan kemampuan indra penciuman yang terjadi sementara (Anosmia) telah dimasukkan dalam daftar gejala Covid-19.

Profesor Claire Hopkins sekaligus presiden dari British Rhinological Society dan Profesor Nirmal Kumar yang juga presiden dari ENT UK, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa telah terjadi peningkatan mendadak dalam kasus anosmia total atau sebagian di Inggris, AS, Prancis, dan Italia utara, sebagaimana dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Independent.

Lantas kenapa Anosmia termasuk dalam daftar gejala Covid-19? 

Dalam pernyataan bersama yang dirilis Profesor Hopkins dan Profesor Kumar online, dijelaskan bahwa ada sejumlah pasien virus corona di Korea Selatan, Tiongkok, dan Italia yang telah merasakan anosmia dan hiposmia (penurunan kemampuan untuk mencium dan mendeteksi bau).

Data tersebut menguraikan bahwa anosmia pasca-virus menyerang adalah salah satu penyebab utama hilangnya indra penciuman pada orang dewasa. Temuan tersebut telah terhitung terjadi pada sekitar 40 persen kasus.

 “Virus yang menyebabkan flu biasa diketahui menyebabkan kerugian pasca-infeksi dan lebih dari 200 virus berbeda diketahui menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas,” ucap Kumar.

 “Virus corona yang dijelaskan sebelumnya diperkirakan menyumbang 10 hingga 15 persen kasus. Oleh karena itu, mungkin tidak mengherankan bahwa virus Covid-19 akan menyebabkan anosmia pada pasien yang terinfeksi," kata Kumar.

Profesor Carl Philpott, direktur urusan medis dan penelitian di lembaga amal Fifth Sense, menjelaskan kepada The Independent bahwa karena flu biasa dan virus sering kali menyebabkan hidung tersumbat, hal ini dapat menyebabkan "hilangnya bau pasca-virus".

 “Jika Anda melihat jaringan secara mendetail di bawah mikroskop, Anda melihat bahwa ujung sel-sel reseptor yang seperti rambut halus telah lepas dan menyebabkan sel-sel tersebut tidak lagi dapat mengambil molekul bau dari hidung,” kata Profesor Philpott. 

Dia menambahkan, bahwa Covid-19 "tampaknya memiliki konsentrasi yang tinggi di hidung" dan menyatakan bahwa sebagian besar laporan anekdot menunjukkan orang-orang mengalami kehilangan bau sementara yang berlangsung selama sekitar tujuh hingga 14 hari.

"Kemungkinan besar lebih mungkin bahwa virus ini menyebabkan semacam peradangan pada saraf penciuman, bukannya menyebabkan kerusakan pada struktur reseptor,” ucapnya.

Karena pengaruh virus dalam indra penciuman menyebabkan anosmia dimasukan dalam gejala Covid-19.***

Editor: M Bayu Pratama

Sumber: Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x