PR BEKASI - Saat ini dilaporkan bahwa ada puluhan ribu anak-anak yang kekurangan gizi dan berisiko meninggal di daerah-daerah yang sulit dijangkau di Ethiopia.
Risiko kelaparan tersebut terjadi lebih tepatnya, di sekitar wilayah Tigray yang tengah dilanda konflik di Ethiopia, juga dilanda kelaparan hingga berisiko meninggal.
Laporan tersebut disampaikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa yang telah mencatat laporan di Ethiopia.
Baca Juga: Laporkan Adanya Kematian 600 Warga, Komnas HAM Ethiopia Curigai Pemerintah dan Polisi
“Tanpa akses kemanusiaan untuk meningkatkan respons kami," kata juru bicara UNICEF James Elder.
"Diperkirakan 30.000 lebih anak-anak yang kekurangan gizi parah di daerah-daerah yang sangat tidak dapat diakses itu berisiko tinggi meninggal,” sambungnya.
Komentarnya itu muncul setelah PBB mengatakan sekitar 350.000 orang di Tigray tengah menghadapi kelaparan pada Kamis, 10 Juni 2021.
Sementara itu ada dua juta orang lainnya hanya selangkah lagi dari kondisi ekstrem itu.
“Sekarang ada kelaparan di Tigray,” kata kepala kemanusiaan PBB Mark Lowcock.
Dia juga memperingatkan bahwa setiap ahli yang diajak bicara hanya mengatakan insiden menjadi lebih buruk.
"Setiap ahli yang Anda ajak bicara akan memberi tahu Anda bahwa ini akan menjadi jauh lebih buruk," tuturnya, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Bekasi.com dari Al-Arabiya.
Lowcock mengatakan data baru menunjukkan jumlah orang yang diklasifikasikan dalam kondisi kelaparan lebih tinggi daripada di manapun di dunia.
Bahkan juga kapan pun sejak peristiwa seperempat juta orang Somalia kehilangan nyawa pada 2011.
PBB telah mengatakan bahwa lebih dari 90 persen, lebih dari lima juta orang di wilayah Tigray membutuhkan bantuan pangan darurat.
Selain itu, PBB telah mendesak lebih dari 200 juta dolar untuk meningkatkan tanggapannya.
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, mengirim pasukan ke wilayah utara pada November.
Baca Juga: Terkurung dengan Keadaan Tanpa Busana dan Kelaparan, 7 Anak di Brasil Derita Anemia dan Luka
Langkah tersebut dilakukan untuk menahan dan melucuti senjata para pemimpin Front Pembebasan Rakyat Tigray, bekas partai yang berkuasa di kawasan itu.
Dia mengatakan langkah itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan TPLF di kamp-kamp tentara federal.
Meskipun dia bersumpah konflik akan singkat, pertempuran berlanjut lebih dari enam bulan kemudian.
Selain itu, laporan tentang kekejaman, termasuk meluasnya penggunaan pemerkosaan, menjadi meningkat.
Baca Juga: Viral! Orangutan Berukuran Besar Masuk ke Pemukiman Warga di Kaltim, Diduga karena Kelaparan
Banyak pemimpin telah memperingatkan bencana besar tersebut.
AS dan Uni Eropa pada Kamis, 10 Juni 2021 mengeluarkan permohonan untuk upaya internasional yang lebih besar dalam mengatasi kelaparan yang muncul.
Organisasi bantuan internasional telah berulang kali mengeluh bahwa mereka ditolak aksesnya ke wilayah itu oleh pasukan Ethiopia dan pasukan dari negara tetangga Eritrea.***