Para Astronom Peringatkan Dampak Badai Matahari: Dapat Padamkan Listrik Global hingga 2 Tahun

9 September 2021, 11:30 WIB
Para astronom peringatkan kekuatan destruktif badai Matahari yang diprediksi terjang Bumi beberapa waktu kedepan. /NASA

 

PR BEKASI – Para astronom telah memperingatkan tentang kekuatan destruktif badai Matahari yang diprediksi akan menerjang Bumi dalam beberapa waktu kedepan.

Di antara berbagai ancaman yang mengintai di kedalaman ruang, badai Matahari merupakan ancaman yang paling dekat dengan Bumi.

Dipicu oleh ledakan radiasi elektromagnetik, plasma, dan partikel bermuatan dari Matahari, peristiwa cuaca ruang angkasa ini berpotensi melumpuhkan satelit atau mengganggu jaringan listrik.

Dalam 200 tahun terakhir, para astronom telah mencatat dua badai Matahari yang bertanggung jawab atas gangguan global, salah satunya adalah Peristiwa Carrington tahun 1859.

Baca Juga: Astronom Deteksi Adanya Cahaya di Balik Lubang Hitam dari Pusat Galaksi dengan Jarak 800 Juta Tahun Cahaya

Jika peristiwa tersebut terjadi hari ini, kemungkinan akan mematikan internet, melumpuhkan satelit GPS dan memicu pemadaman listrik global.

Diketahui, peristiwa mengerikan tersebut pernah hampir saja melanda planet Bumi kita tercinta pada 2012 lalu

Menurut NASA, ancaman ruang angkasa tersebut memiliki potensi cukup besar untuk menjatuhkan peradaban modern kembali ke abad ke-18

“Beruntungnya, badai Matahari tersebut berayun melewati planet ini tanpa mendaratkan pukulan sekilas,” kata NASA, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Express, Kamis, 9 September 2021.

Sebaliknya, ledakan plasma dan medan magnet menyapu pesawat ruang angkasa STEREO-A.

Baca Juga: Dapat Sebabkan Kiamat Bagi Kehidupan Manusia, Astronom Minta Masyarakat Hentikan Pencarian Kontak dengan Alien

Fisikawan memeriksa CME dan pada tahun 2014 menyusun laporan suram tentang kerusakan yang mungkin ditimbulkannya pada infrastruktur Bumi.

Menurut laporan mereka, total dampak ekonomi dari badai Matahari tersebut akan melampaui 1.45 triliun poundsterling atau senilai Rp28.5 kuadriliun dengan dampak per hari sebesar 30 miliar poundsterling atau senilai Rp589 miliar

Badai Matahari awalnya akan mengganggu sinyal GPS dan memicu pemadaman radio, membuat dunia dalam keadaan kacau.

Kemudian, ketika sebagian besar bahan Matahari langsung jatuh ke atmosfer, para ahli memperkirakan pemadaman listrik yang meluas akan menonaktifkan hampir semua yang dicolokkan ke stopkontak.

Baca Juga: Para Astronom Terkejut, Meteor Meledak di Langit Inggris Hasilkan Bola Cahaya yang Menakjubkan

Menurut NASA, badai Matahari bahkan akan menonaktifkan fasilitas dasar seperti toilet karena pemasok air perkotaan bergantung pada pompa listrik.

Baru-baru ini, para peneliti di University of California, Irvine, telah menerbitkan sebuah makalah di mana mereka mengidentifikasi badai Matahari sebagai satu-satunya ancaman terbesar bagi web di seluruh dunia .

Dalam studi tersebut, pakar Ilmu Komputer Sangeetha Abdu Jyothi mengatakan dampak dari badai Matahari besar dapat menyebabkan antara 20 dan 40 juta orang tanpa akses listrik selama dua tahun.

"Ahli astrofisika memperkirakan kemungkinan badai matahari dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan gangguan bencana yang terjadi dalam dekade berikutnya menjadi 1.6 hingga 12 persen,” katanya.

Baca Juga: Astronom Klaim Bulan Purnama Akan Tegak Lurus dengan Ka'bah pada 28 Januari 2021 Besok

"Memperhatikan ancaman ini dan merencanakan pertahanan terhadapnya, seperti upaya awal kami dalam makalah ini, sangat penting untuk ketahanan Internet jangka Panjang," katanya, melanjutkan.

Negara seperti AS dan Inggris telah mengambil beberapa langkah untuk mempersiapkan pemadaman badai matahari.

Di Inggris misalnya, Mark Prouse, wakil direktur Departemen Bisnis, Energi dan Strategi Industri, mengatakan National Grid menimbun transformator cadangan dan melakukan latihan untuk kemungkinan seperti itu.

Badan antariksa seperti NASA dan European Space Agency (ESA) juga mempelajari Matahari dari dekat untuk lebih memahami bagaimana kita dapat memperkirakan badai Matahari jauh sebelumnya.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler