Dorong Pasangan Memiliki Anak, Provinsi di China Beri Cuti Hamil Berbayar Hampir 1 Tahun

4 November 2021, 15:52 WIB
Ilustrasi. Provinsi Shaanxi berupaya tingkatkan angka kelahiran dengan memberi tambahan cuti kehamilan berbayar. /Reuters/ Damir Sagolji

 

 

PR BEKASI – Demi mendorong pasangan untuk memiliki anak, sebuah Provinsi di Barat Laut China, Shaanxi, membuat aturan baru soal cuti hamil.

Dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Asia One pada Kamis, 4 November 2021, Provinsi Shaanxi kini menambah durasi cuti berbayar hingga hampir 1 tahun.

Ini menjadikan durasi cuti hamil di Shaanxi setara dengan beberapa negara maju di Eropa seperti Jerman atau Norwegia.

Shaanxi juga mempertimbangkan untuk menggandakan lama cuti melahirkan menjadi 30 hari bagi pasangan yang ingin memiliki anak ketiga, lapor Reuters.

Baca Juga: Jendral AS Peringatkan China Siap Perang dengan Taiwan: Apapun Bisa Terjadi

China mengumumkan pada bulan Mei bahwa pasangan yang menikah diperkenankan memiliki hingga tiga anak, setelah data menunjukkan penurunan dramatis dalam kelahiran di negara terpadat di dunia itu.

Keputusan untuk membiarkan keluarga memiliki hingga tiga anak pada awalnya menimbulkan keraguan apakah itu akan membuat banyak perbedaan.

Ada juga panggilan untuk membuat perincian tentang langkah-langkah pendukung apa yang akan dimasukkan.

Sejak itu, 14 provinsi termasuk Shaanxi telah mengubah aturan keluarga berencana dan membuat amandemen undang-undang untuk memberikan cuti hamil atau cuti setelah melahirkan.

Baca Juga: Hasilkan Emisi Sulfur Dioksida Tertinggi, China dan India Dianggap Tanggung Jawab Atas Jutaan Kematian Global

Beberapa provinsi bahkan telah membuat bentuk cuti baru yaitu "cuti membesarkan anak" untuk pasangan dengan anak-anak berusia 3 tahun ke bawah, media pemerintah melaporkan pada Rabu, 3 November 2021.

Provinsi Hainan menawarkan satu jam cuti membesarkan anak setiap hari, untuk orang tua dengan anak di bawah tiga tahun.

Provinsi Heilongjiang bahkan mengizinkan pasangan di kota-kota perbatasan untuk memiliki empat anak, karena tingkat kelahiran di bawah rata-rata di wilayah timur laut China yang terpencil.

Pada 2016, China remsi membatalkan kebijakan satu anak yang sudah berlangsung puluhan tahun dan menggantinya dengan batasan dua anak untuk melawan populasi yang menua dengan cepat.

Baca Juga: Cara Menabung Ala Wanita China Ini Tuai Pro Kontra, Hampir 90 Persen dari Penghasilan

Tapi itu gagal untuk meningkatkan angka kelahiran, sebagian karena biaya yang relatif tinggi untuk membesarkan anak-anak di perkotaan China, sebuah tantangan yang berlanjut hingga hari ini.

China memiliki tingkat kesuburan hanya 1,3 anak per wanita pada tahun 2020, data terbaru menunjukkan, setara dengan masyarakat yang menua seperti Jepang dan Italia.

Kebijakan satu anak telah diterapkan di China sejak 1979 dan bertahan hingga 2015. Awalnya, kebijakan itu dikeluarkan oleh Deng Xiaoping mengurangi populasi penduduk China.

Namun, siapa sangka setelah diterapkan selama 36 tahun, kini beberapa provinsi di China harus berjuang untuk meningkatkan angka kelahiran.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: Asia One

Terkini

Terpopuler