Belalai Putus Akibat Perangkap Pemburu, Kematian Bayi Gajah Sumatra Jadi Sorotan Media Asing

21 November 2021, 13:12 WIB
Media asing soroti kematian bayi gajah Sumatra di Aceh akibat belalai putus terjerat perangkap pemburu mendapat sorotan dari media asing. /REUTERS

 

PR BEKASI – Kematian tragis seekor bayi gajah Sumatra di Aceh akibat belalai terjerat oleh perangkap pemburu mendapat sorotan dari media asing asal Amerika Serikat, New York Post.

New York Post melaporkan bahwa gajah Sumatra betina berusia setahun tersebut mati pada Selasa, 16 November 2021.

Gajah malang tersebut mati setelah mengalami infeksi setelah belalai miliknya putus akibat terkena jeratan para pemburu yang yang memangsa spesies yang terancam punah itu.

Menurut Kepala Badan Konservasi Provinsi Aceh, Agus Rianto, meskipun ada upaya untuk mengamputasi dan mengobati luka-lukanya, namun kondisi gajah Sumatra tersebut semakin memburuk hingga akhirnya mati.

Baca Juga: Gajah Pembunuh yang Telah Hantui Desa dan Bunuh 21 Orang Berhasil Ditangkap, Begini Nasibnya

“Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi mau bagaimana lagi. Batangnya mulai busuk dan tidak berfungsi lagi,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari New York Post, Minggu, 21 November 2021,

Diketahui, gajah betina tersebut termasuk yang terakhir dari 700 gajah liar Sumatera di pulau itu.

Dia ditemukan sangat lemah dengan keadaan jebakan pemburu masih terjerat di belalai miliknya yang hampir putus pada Minggu, 14 November 2021 di Alue Meuraksa, sebuah desa berhutan di kabupaten Aceh Jaya.

Arianto mengatakan kepada wartawan bahwa otopsi sedang dilakukan oleh tim dokter hewan untuk menentukan penyebab kematian bayi gajah.

Baca Juga: Pemburu Liar di Afrika Tewas Diinjak-injak Gajah hingga Mayatnya Hancur

Dia mengatakan bahwa petugas satwa liar pada Senin. 15 November 2021 harus mengamputasi setengah dari belalai dalam operasi hidup atau mati di pusat pelatihan gajah dekat Banda Aceh.

“Kematiannya sangat mengejutkan, karena dia terlihat baik-baik saja setelah diamputasi dan aktif bergerak,” kata Rika Marwati, seorang dokter hewan di pusat tersebut.

"Dia tiba-tiba jatuh sakit karena stres dan infeksi Senin malam dan pada pagi hari dia dilaporkan meninggal," tambahnya.

Para konservasionis mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menyebabkan peningkatan perburuan liar di Sumatra karena penduduk desa beralih berburu karena alasan ekonomi.

Baca Juga: Media Asing Soroti Belasan Gajah di Bali yang Kelaparan, Peneliti: Kurus Kering, Tersisa Kulit dan Tulang

Jumlah gajah Sumatra yang mati akibat dijerat dan diracun telah mencapai 25 ekor dalam sembilan tahun terakhir di Kabupaten Aceh Timur saja.

Pada bulan Juli, seekor gajah ditemukan mati tanpa kepalanya di sebuah perkebunan kelapa sawit di Aceh Timur.

Polisi menangkap seorang tersangka pemburu liar bersama empat orang yang dituduh membeli gading dari bangkai hewan tersebut.

Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), telah menaikkan status gajah Sumatra dari terancam punah menjadi sangat terancam punah dalam "Daftar Merah 2012".

Baca Juga: Seekor Gajah Jebol Dinding Dapur Warga dan Mengaduk-aduk Lemari Makanan

Hal tersebut sebagian besar karena penurunan populasi yang signifikan yang ditunjukkan dengan hilangnya lebih dari 69 persen dari populasinya.

Data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Indonesia menunjukkan populasi gajah sumatera telah menyusut dari 1.300 pada 2014 menjadi 693, turun hampir 50 persen dalam tujuh tahun terakhir.

Gajah Sumatra adalah subspesies dari gajah Asia, salah satu dari dua spesies mamalia besar di dunia.***

Editor: Rinrin Rindawati

Sumber: New York Post

Tags

Terkini

Terpopuler