Ilmuwan asal Australia Bisa Bicara dengan Katak, Bagaimana Ceritanya?

- 25 Juni 2021, 18:40 WIB
Profesor Michael Mahony dan asisten peneliti Rebecca Sceto memegang Green and Golden Bell Frog.
Profesor Michael Mahony dan asisten peneliti Rebecca Sceto memegang Green and Golden Bell Frog. /Reuters/James Redmayne

PR BEKASI - Seorang ilmuwan asal Australia mencoba berbicara dengan katak yang ada di pantai timur Australia.

Michael Mahony selaku profesor biologi di University of Newcastle Australia ini mengatakan bahwa ketika dia berbicara dengan katak, dia merasa seperti kembali ke masa kanak-kanak.

Diketahui, profesor biologi berusia 70 tahun asal Australia itu, telah menguasai dan memahami lengkingan, suara serak dan siulan katak.

Baca Juga: Petani di China Terkena Infeksi Parasit Usai Telan 5 Katak Hidup untuk Pengobatan

"Terkadang Anda lupa bekerja karena, Anda tahu, jika Anda hanya ingin berbicara dengan katak untuk sementara dan itu menyenangkan," kata Mahony, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Reuters, Jumat, 25 Juni 2021.

Australia memiliki sekitar 240 spesies katak, tetapi sekitar 30 persen di antaranya terancam punah oleh perubahan iklim, polusi air, hilangnya habitat, jamur chytrid, dan berbagai cara lainnya.

Mahony juga mengatakan bahwa secara global katak adalah salah satu spesies yang paling terancam punah dari semua vertebrata.

Baca Juga: Mengejutkan! Benarkah Seekor Katak Baru Saja Dilahirkan dari Ibu yang Sedang Hamil? Simak Faktanya

Selama masa kariernya, Mahony telah mendeskripsikan 15 spesies katak baru dan dia juga telah melihat beberapa katak yang telah musnah.

"Mungkin bagian yang paling menyedihkan dari karier saya adalah sebagai anak muda, saya menemukan katak dan dalam waktu dua tahun ditemukan katak itu punah," kata Mahony kepada Reuters.

"Jadi di awal karier saya, saya menyadari betapa rentannya beberapa katak. Kami perlu melihat habitat dan menanyakan apa yang salah," katanya.

Baca Juga: Peneliti LIPI Temukan Jenis Katak Baru, Berukuran Mini Seukuran Uang Logam Rp 1.000

Mahony, selain bekerja untuk melestarikan habitat amfibi di seluruh Australia, dia juga telah membantu mengembangkan metode kriopreservasi untuk  membawa katak kembali hidup dari ambang kepunahan dengan menyimpan materi genetik.

"Apa yang telah kami lakukan dalam menghadapi masalah hilangnya spesies secara besar-besaran adalah dengan membangun bank genom pertama untuk katak Australia," ujar Mahony.

Selain itu, Mahony juga berkontribusi dengan ilmuwan lain untuk sebuah studi dari World Wide Fund for Nature (WWF), yang menemukan hampir tiga miliar hewan Australia terbunuh atau terlantar akibat kebakaran hutan pada 2019 dan 2020.

Baca Juga: Ilmuwan China Minta Penelitian Asal-usul Covid-19 Beralih ke AS, Mengapa?

Kecintaan Mahony terhadap dunia konservasi juga menular kepada murid-muridnya.  

Beberapa siswanya juga telah mengambil teknik yang dia pakai untuk memanggil dan berbicara dengan katak.

"Saya tidak pernah berteriak pada mereka untuk mencari tahu di mana mereka berada," kata mahasiswa doktoral Universitas Newcastle dan peneliti katak Samantha Wallace.

"Tapi itu pasti berhasil, terutama ketika Anda mencoba menemukan beberapa spesies ini yang benar-benar ada di antara semak-semak dan mereka tidak terlalu jelas," katanya, menambahkan.***

Editor: Elfrida Chania S

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x